TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER
LAPORAN PENELITIAN GAD (Generalized Anxiety Disorder Gangguan Kecemasan Tergeneralisasikan)
(Psikopathologi)
Oleh:
Robbianto.M.Pd
10601060016
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BORNEO
LAPORAN PENELITIAN GAD (Generalized Anxiety Disorder Gangguan Kecemasan Tergeneralisasikan)
(Psikopathologi)
Oleh:
Robbianto.M.Pd
10601060016
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BORNEO
TARARKAN
2010
2010
A.Rasionalisasi Kasus
Saat ini kita sudah sering kali mendengar berbagai kasus dalam dunia pendidikan kita, mulai dari kesulitan belajar, salah memilih sekolah, tawuran antar pelajar, dan masih banyak lagi. Untuk itu perlu kira ada study atau penelitian mengenai kasus-kasus tersebut, yang bertujuan untuk mengungkap kenapa permasalahan-permasalahan tersebut bisa terjadi.
Dalam laporan ini penulis akan mencoba mengungkap salah satu kasus moral, yaitu tentang kasus kesulitan berkata jujur pada subyek yang merasa jika ia berkata jujur maka ia akan dijauhi dan di kucilkan dari teman-temannya. Dalam kasus ini penulis melakukan penelitian dengan metode study kasus. Ada beberapa pendapat tentang apa itu study kasus menurut beberapa pakar dalam psikologi dan bimbingan konseling, yaitu; Study kasus adalah suatu teknik mempelajari seorang individu secara mendalam untuk membantu memperoleh penyesuaian diri yang lebih baik. (Djumhur, 1985)
Metode study kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer didalam konteks kehidupan nyata. Karena itu penulis menggunakan metode study kasus ini untuk melakukan penelitian terhadap kasus anak yang lamban belajar.
B.KONFIDENSIALITAS
Dalam study kasus ini, peneliti melakukan assasmen terhadap subyek bermasalah tersebut, untuk memperoleh data-data tentang subyek. Baik yang berhubungan dengan diri subyek sendiri, keluarga, sekolah, maupun lingkungan sosial subyek. Untuk itu kerahasiaan identitas subyek harus sangat diperhatikan karena menyangkut rahasia pribadi subyek dan juga untuk menjaga rasa aman subyek dalam lingkungannya. Asas kerahasiaan ini harus dijalankan oleh peneliti karena pekerjaan peneliti adalah profesi seorang yang profesional, jadi ada aturan-aturan dan kode etik yang mengikat.
Berdasarkan kode etik jabatan peneliti Bab II sub bab kegiatan profesinal butir 1.1 yang berbunyi :
1.Catatan tentang diri subyek yang meliputi data hasil wawancara, tenting, surat-menyurat, perekaman dan data lain, semuanya merupakan informasi yang bersifat rahasia dan hanya boleh digunakan untuk kepentingan subyek. Penggunaan data/informasi untuk keperluan riset atau pendidikan calon peneliti dimungkinkan sepanjang identitas subyek dirahasiakan.
2.Penyimpangan informasi mengenai kepada subyek kepada keluarga atau kepada anggota profesi lain, membutuhkan persetujuan subyek.
3.Penggunaan informasi tentang subyek dalam rangka konsultasi dengan anggota profesi yang sama atau yang lain dapat dibenarkan, asalakan untuk kepentingan subyek dan tidak merugikan subyek.
4.Keterangan mengenai bahan profesional hanya boleh diberikan kepada orang berwenang menafsirkan dan menggunakannya.
Untuk itu peneliti diharuskan untuk bertindak sesuai dengan kode etik yang ada demi menjaga kerahasiaan subyek, sehingga dalam laporan study kasus ini identitas yang peneliti cantumkan dan segala latar belakang dengan sengaja dibuat fiktif.
C.IDENTIFIKASI KASUS
1.Proses Penemuan KasusSubyek kasus ini peneliti temukan melalui hasil observasi dan identifikasi orang yang bermasalah, selain itu juga hasil wawancara dengan teman satu kelasnya dan teman satu kosannya serta berdasarkan data-data yang ada. Dari hasil observasi dan identifikasi yang dilakukan ditemukan adanya gelaja-gejala yang menunjukkan adanya masalah yang dihadapi subyek.
2.Identitas Kasus
IDENTITAS SUBYEK
Nama : RS
Jenis kelamin : perempuan
Bentuk Wajah : Oval
Warna Rambut : Hitam
Jenis Rambut : Lurus
3.Gambaran Keunikan Kasus
a)Penampilan Fisik
Subyek adalah anak yang memiliki ciri-ciri fisik dengan postur tubuh yang tidak jauh beda dengan teman sebayanya. Warna kulit Sawo Matang, bentuk wajahnya terlihat oval, rambutnya berwarna hitam lurus. Subyek kurang begitu bisa membina diri sendiri, kulitnya terlihat kusam. Penampilannya terutama dalam berpakaian sering terlihat kurang rapi, dan kurang bisa menjaga kebersihan diri.
b)Kondisi Psikis
Subyek adalah anak mudah bergaul dan bersosialisasi, tapi subyek lebih sering terlihat sendiri jarang sekali berinteraksi dengan teman sebayanya. c)Kondisi Keluarga
Subyek adalah anak ke-2 dari 6 bersaudara tinggal bersama orang tua, tiga orang kakak karena yang satu sudah meninggal dan adiknya. Ayahnya adalah ayah tiri sedangkan ayah kandungnya telah meninggal. Ibunya bekerja sebagai ibu rumah tangga.
d)Lingkungan Sosial
Subyek sering di olok-olok teman-temannya entah itu di sekolah maupun di lingkungan tempat bermainnya.
e)Keagamaan
Subyek mengaku jarang sekali menunaikan sholat, subyek hanya sholat 2 kali sehari dari lima waktu yang ada, terutama subuh dan dzuhur. Dan itu tidak ada teguran atau perhatian dari orang tua. Dalam membaca Al-Qur’an pun subyek masih belum bisa membacanya dengan lancar, subyek masih belum mengetahui huruf-huruf hijaiyah dengan baik. Menurut subyek belajar mengaji juga jarang, ia masih belajar membaca Iqra’ dan membacanya pun salah-salah, masih belum bisa membedakan dengan jelas huruf-huruf hijaiyah.
BAB II
GEJALA DAN ALASAN PEMILIHAN KASUS
A.GEJALA KASUS
Berdasarkan data-data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara, di temukan beberapa gejala-gejala permasalahan yang tampak , yaitu :GEJALA DAN ALASAN PEMILIHAN KASUS
A.GEJALA KASUS
Tidak konsentrasi ketika mengikuti pajaran, subyek lebih sering melamun ketika dalam kelas dan ketika ditanya materi pelajaran yang sudah disampaikan subyek tidak bisa menjawabnya.
Lamban dalam memahami pelajaran, subyek lamban menangkap apa yang disampaikan oleh guru. Sampai sampai guru harus mengulang beberpa kali apa yang di terangkannya.
B.ALASAN PEMILIHAN KASUS
C. ANCANGAN STUDY KASUS
Dalam menyusun study kasus ini mengunakan ancangan konseling behavioral yang dikembangkan oleh beberapa tokoh dari aliran behavioral seperti D. Krumboltz, Carl E. Thoresen, Ray E. Hosfor , Bandura, Wolpe, dan tokoh lainnya.
Menurut Krumboltz dan Thoresen (Shertzer & Stone, 1980, 190) konseling behavior merupakan suatu proses membantu orang untuk memecahkan masalah.interpersonal, emosional dan keputusan tertentu. Dalam konsep behavioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya, proses konseling merupakan suatu penataan proses atau pengalaman belajar untuk membantu individu mengubah perilakunya agar dapat memecahkan masalahnya.
Dalam pandangan behavioral, kepribadian manusia itu pada hakikatnya adalah perilaku. Perilaku dibentuk berdasarkan hasil dari segenap pengalamannya berupa interaksi individu dengan lingkungan sekitar. Tidak ada manusia yang sama, karena pada kenyataannya manusia memiliki pengalaman yang berbeda dalam kehidupannya. Kepribadian seseorang merupakan cerminan dari pengalaman, yaitu situasi atau stimulus yang diterima.
Adapun tujuan dari konseling bahavioral adalah mencapai kehidupan tanpa mengalamai perilaku simtomatik yaitu kehidupan tanpa mengalamai kesulitan atau hamabatan perilaku, yang dapat membuat ketidakpuasan dalam jangka panjang atau mengalami konflik dalam kehidupan sosial.
Ancangan dalam konseling behavioral terdiri dari beberapa tahapan, yaitu :
1.Membangun hubungan pribadi dengan subyek.
Pada tahap ini, diharapkan adanya rapport antara subyek dengan peneliti. Sehingga setelah terbentuk rapport yang baik nantinya proses konseling yang terjadi akan bisa optimal.
2.Mendenganrkan dengan penuh perhatian ungkapan pikiran dan perasaan subyek
Setelah tahap pertama (membangun hubungan pribadi dengan subyek), maka selanjutnya adalah tahap mendengarkan dengan penuh perhatian ungkapan pikiran dan perasaan subyek. Pada tahap ini, peneliti diharapkan dapat menciptakan iklim yang baik dan penting untuk mempermudah melakukan modifikasi subyek. Peneliti harus bersikap menerima, mencoba memahami subyek dan apa yang dikeukakan subyek tanpa menilai atau mengkritiknya.
3.Mengadakan analisis kasus, yaitu mencari gambaran yang lengkap mengenai kaitan antara A-B dan C.
Peneliti akan menaruh perhatian khusus pada reaksi-reaksi internal karena peneliti akan mengusahakan supaya subyek mengubah dahulu reaksi-reaksi internal itu sebagai jalan intermediary untuk merubah perilakunya.
Pada tahap analisis merupakan langkah mengumpulkan data dan informasi tentang diri subyek dan latar belakang masalah tersebut beserta segala aspek kepribadiannya. Dengan mengetahui segala data dan informasi tentang subyek nantinya akan dengan mudah menganalisis kasus tersebut.
Dalam tahap ini metode wawancara dan observasi yang sangat berperan.
4.Membantu subyek menemukan penyelesaian.
Tahap selanjutnya yaitu membantu subyek menemukan penyelesaiaan dari masalah yang dihadapi. Setelah kasusnya dianalisis maka nantinya akan ditemukan beberapa alternatif pemecahan masalah yang dihadapi. Adapun beberapa penyelesaian dengan menggunakan beberapa tekhnik, diantaranya :
Pendekatan operant learning hal yang penting adalah pengutan (Reinforcement Positive) yang dapat menghasilkan perilaku klien yang dikehendaki.
Metode Unitative Learning atau social modeling (Modeling) diterapkan oleh konselor dengna merancang suatu perilaku adaptif yang dapat dijadikan model oleh klien.
Metode Cognitive Learning atau pembelajaran kognitif merupakan metode yang berupa pengajaran secara verbal (Speaking Treatment), kontrak antara konselor dan klien, dan bermain peranan (Role Play).
Metode Emotional Learning, atau pembelajaran emosional diterapkan pada individu yang mengalami suatu kecemasan..
5.Evaluasi.
Tahap ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang diberikan kepda klien serta penentu lanjutan berdasarkan penilaian tersebut untuk mengikuti perkembangan subyek setelah mendapat bantuan.
6.Mengakhiri hubungan pribadi dengan subyek
Pada tahap akhir ini, subyek dan peneliti nanatinya di harapakan tidak ada ketergantungan di antara mereka. Proses terminasi dilakukan pada tahap ini.
BAB III
PROSUDER DAN METODE PENYELIDIKAN
Dalam proses pemberian bantuan kepada subyek, penliti terlebih dahulu harus mampu memahami keadaan subyek, agar nantinya dapat memberikan bantuan secara tepat dan sesuai dengan kebutuhan subyek. Sedangkan penelitian yang dilakukan menggunkan ancangan klinis konseling behavior sebagai teknik dalam pelaksanaan stui kasus konseling.PROSUDER DAN METODE PENYELIDIKAN
A. ANALISIS
Kolom Keluarga
1.Nama Ayah : Maryanto Nama Ibu : Sumirah
2.Pekerjaan Ayah : Buruh Ibu : Ibu rumah tangga
3.Tinggal di kos-kosan
4.Anak : Ke-2 dari 6 bersaudara
5.Kedekatan dirumah : dengan ibu
6.Kerukunan dengan saudara : Sering bertengkar dengan adiknya
7.Kedekatan dengan saudara : Dengan kakak laki-laki yang ke-3
8.Pengalaman dimarahi ayah : Pernah di Geranyangin eleh ayah tirinya.
Kolom Lingkungan Sosial
Rina Saputri adalah mahasiswa yang sangat antusias mengikuti organisasi intra kampus dan teman-temanyapun sangat menyukai sikap dia yang ramah dan periang.
WAWANCARA
Subyek merasa sudah tidak ada lagi yang mau menerima dirinya apa adanya setelah subyek kehilangan keperawanannya sehingga membuat subyek sering berbicara dusta dan terkadang ngelantur dengan topic bhasan yang ia munculkan. Subyek merasa lemah dan di sia-siakan, subyek menjadi pendiam, Subyek sering menarik diri dan merasa minder.
OBSERVASI
Subyek sering tidak konsentrasi ketika mengikuti pelajaran, Subyek sering menarik diri dan merasa minder dan sering pula tidak menjaga kesehatanya sehingga di kelas saat perkuliahan berlangsung pernah berapa kali ia pingsan.
B.SINTESIS
C.DIAGNOSIS
a)Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan proses klarifikasi masalah yang sedang dihadapi subyek. Dari klarifikasi yang dilakukan menunjukkan bahwa masalah yang sedang dihadapi subyek sangat kompleks. Namun yang menjadi akar permasalah utama yang dihadapi subyek adalah masalah kurangnya tidak adanya lagi kepercayaan untuknya dari teman-temannya
b)Etiologi
Etiologi merupakan tahap mencari faktor-faktor penyebab masalah atau yang melatar belakangai munculnya masalah yang dialami subyek. Dari rekaman data yang terkumpul diketahii berbagai hal yang melatar belakangi munculnya masalah subyek.
D.PROGNOSIS
Apabila subyek segera dibantu, kemungkinan besar ada perubahan dalam diri subyek yaitu :
a)Subyek mulai berusaha melatih konsentrasinya pada pelajaran
b)Subyek mulai bisa membina dirinya dengan baik
c)Subyek mampu bergaul/brsosialisasi dengan baik dengan lingkungannya
d)Kecemasan dan stress yang dihadapi subyek mulai berkurang karena subyek merasa orang-orang di sekitarnya benar-benar peduli padanya dan penuh penuh perhatian.
e)Motivasi diri dan rasa percaya dirinya tumbuh kembali, dan subyek mulai bisa menghilangkan rasa keterkucilan yang dirasakannya.
Sedangkan jika subyek tidak segera mendpatkan penanganan atas masalahnya maka dapat diprediksikan bahwa subyek akan mengalami :
a)Stress bahkan depresi akibat masalah-masalah yang dihadapainya.
c)Lingkungan sosial Subyek akan cenderung yang tidak bisa menerimanya dan bahkan akan selalu menolaknya.
d)Daya konsentrasi subyek semakin terpecah dan nilai akademis semakin turun
E.FOLLOW-UP
1.Wawancara
Menurut penuturan subyek, subyek sudah bisa bergaul dengan baik dengan teman-temannya, sekarang lebih sering bermain dengan teman, dan mulai bisa memusatkan perhatiannya.
2.Observasi
Dari hasil observasi yang dilakukan setelah diberikan bantuan subyek mulai berusaha melatih konsentrasinya terutama pada pelajaran.
Masih perlu dilakukan usaha bantuan dan pendampingan sebagai kelanjutan dari upaya bantuan yang telah diberikan pada subyek. Dan untuk mengetahui perkembangan subyek setelah menerima bantuan memang perlu waktu cukup lama, karena perubahan pola tingkah laku maupun pola pikir seseorang tidak bisa di ukur dengan instan dan dalam waktu yang singkat. Perubahan-perubahan yang terjadi merupakan suatu proses menuju pribadi yang lebih baik.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A.ANALISIS
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A.ANALISIS
Study kasus yang telah peneliti lakukan bertujuan untuk memahami subyek dan masalah-malasah yang dihadapinya dengan lebih mendalam serta untuk mengetahui penyebab dari masalahnya. Untuk memperoleh hal itu peneliti menggunkan ancangan konseling behavior. Yang mana konseling behavior merupakan suatu proses membantu orang untuk memecahkan masalah interpersonal, emosional dan keputusan tertentu. Dalam konsep behavioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya, proses konseling merupakan suatu penataan proses atau pengalaman belajar untuk membantu individu mengubah perilakunya agar dapat memecahkan masalahnya.
Dengan melalui tahap-tahap konseling yang dilakukan dan ditunjang oleh kelengkapan data yang telah diperoleh melalui daftar cek masalah, wawancara dan observasi, yang dari hasil proses tersebut sangat membantu subyek dalam memcahkan masalahnya.
Secara umum, study kasus yang dilaksanakan sudah berjalan dengan lancar dan cukup baik, akan tetapi masih banyak kendala-kendalan yang harus dihadapai. Ada beberapa kendala yang dihadapi dalam melakukan study kasus ini antara lain; karena keterbatasan waktu sehingga pelaksanaan konseling dan wawancara langsung sangat sulit dilakukan, terutama wawancara yang dilakukan pada orang tua subyek. Selain itu juga karena padatnya kegiatan peniliti.
B.PEMBAHASAN
Subyek yang diangkat dalam study kasus ini memilki permasalahan yang cukup
serius, sehingga peneliti menganggap bahwa subyek membutuhkan bantuan dan layanan yang cukup serius dan secepatnya. Untuk itu peneliti memberikan ancangan konseling behavior.
Bantuan yang peneliti berikan pada subyek terdiri dari beberapa treatment atau beberapa alternatif pemecahan masalah yang dihadapi. Yaitu dengan metode, antara lain :
Pendekatan operant learning hal yang penting adalah pengutan (Reinforcement Positive) yang dapat menghasilkan perilaku klien yang dikehendaki.
Metode Unitative Learning atau social modeling (Modeling) diterapkan oleh konselor dengna merancang suatu perilaku adaptif yang dapat dijadikan model oleh klien.
Metode Cognitive Learning atau pembelajaran kognitif merupakan metode yang berupa pengajaran secara verbal (Speaking Treatment), kontrak antara konselor dan klien, dan bermain peranan (Role Play).
Metode Emotional Learning, atau pembelajaran emosional diterapkan pada individu yang mengalami suatu kecemasan.
Keberhasilan dalam pelaksaaan study kasus ini tidak terlepas dari adanya maksud dan tujuan yang jelas dari diadakannya study kasus ini, adanya kerjasama yang baik antara peneliti, subyek dan teman-teman sekelas klien. Klien dan peneliti menetapkan tujuan yang telah ditetapkan apakah merupakan perubahan yang dimiliki oleh klien. Dan juga karena adanya motivasi dalam diri subyek untuk berubah dan peneliti membantu sehingga kerja sama terjalin dengan harmonis. Selain itu peneliti menggunakan proseder ancangan dan tekhnik konseling secara teratur.
BAB V
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Klien yang dijadikan subyek dalam study kasus ini mengalami masalah kesulitan untuk berbicara jujur dan menjaga dirinya sendiri, disebabkan karena subyek terlalu merefres masalah-malasah yang dihadapinya dan terlalu banyak memikirkannya sehingga ia terlihat sering melamun. Sampai menglamai kecemasan bahkan mungkin mengalami stress.PENUTUP
A.KESIMPULAN
Selain itu subyek juga mengalami kecemasan, dikarenakan merasa orang tua tidak peduli dan mengacuhkannya, dan juga danya tekanan dari teman-temannya. Subyek juga sering minder dan menarik diri dikarenakan adanya tekanan dan olok-olokan yang selalu ia terima dari teman-temannya, dianggap tidak bisa diajak berteman bahkan sampai berbicara yang tidak jujur kepada teman-temannya atau karena kekurangan yang dimilikinya. Kurangnya perhatian orang tua terhadap dirinya merupakan bagian dari penyebab subyek seperti itu. Melihat sikap orang tua/keluarga yang kurang perhatian terhadap subyek yang kemudian mengeluhkan sikap orang tuanya yang tidak mau memperhatikan dan kurang adil.
B.SARAN
a)Konselor, psikolog atau peneliti hendaknya tidak menggurui subyek.
b)Peneliti hendaknya selalu memperhatikan akan apa yang dibutuhkan siswa sesuai dengan perkembangan dan potensi yang dimilki.
d)Hendaknya adanya dukungan dan kerjasama antara teman-teman kos-kosannya dan teman-teman satu kelasnya.
e)Subyek nantinya diharapkan bisa melanjutkan ataupun dapat kreatif dalam memecahakan masalahnya sendiri tanpa bantuan konselor, psikolog dan peneliti lagi.
f)Bagi konselor, psikolog dan peneliti, hendaknya selalu tetap menjaga kerahasiaan subyek.
DAFTAR PUSTAKA
Robert K. Yin. Prof.Dr. Study Kasus: Desain dan Metode. PT. Ragjagrafinfo Persada. Jakarta. 2002.
Munandir, Prof. Dr. Program Bimbingan Karier Si Sekolah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Jakarta. 1996.
Priyatni, Prof.Dr dan Ermananti, Drs. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. PT Rieneka Cipta. Jakarta. 1999.
Gunawan, Yusuf, MSc. Drs. Pengantar Bimbingan dan Konseling, Buku
http://eldido.blog.friendster.com/2008/07/study-kasus-anak-lamban-belajar/
http://rmfatihah.com/2008/07/gangguan kecemasan/