Rabu, 08 Desember 2010

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER
LAPORAN PENELITIAN GAD (Generalized Anxiety Disorder Gangguan Kecemasan Tergeneralisasikan)

(Psikopathologi)






Oleh:

Robbianto.M.Pd
10601060016
















PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BORNEO 
TARARKAN
2010





A.Rasionalisasi Kasus
Saat ini kita sudah sering kali mendengar berbagai kasus dalam dunia pendidikan kita, mulai dari kesulitan belajar, salah memilih sekolah, tawuran antar pelajar, dan masih banyak lagi. Untuk itu perlu kira ada study atau penelitian mengenai kasus-kasus tersebut, yang bertujuan untuk mengungkap kenapa permasalahan-permasalahan tersebut bisa terjadi.
Dalam laporan ini penulis akan mencoba mengungkap salah satu kasus moral, yaitu tentang kasus kesulitan berkata jujur pada subyek yang merasa jika ia berkata jujur maka ia akan dijauhi dan di kucilkan dari teman-temannya. Dalam kasus ini penulis melakukan penelitian dengan metode study kasus. Ada beberapa pendapat tentang apa itu study kasus menurut beberapa pakar dalam psikologi dan bimbingan konseling, yaitu; Study kasus adalah suatu teknik mempelajari seorang individu secara mendalam untuk membantu memperoleh penyesuaian diri yang lebih baik. (Djumhur, 1985)
Metode study kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer didalam konteks kehidupan nyata. Karena itu penulis menggunakan metode study kasus ini untuk melakukan penelitian terhadap kasus anak yang lamban belajar.


B.KONFIDENSIALITAS
Metode study kasus merupakan salah satu usaha yang dilakukan oleh seorang peneliti untuk membantu dan mengkaji masalah-masalah yang ditemukan secara mendalam dan komprehensif, sampai pada diperolehnya pemecahan terhadap masalah-masalah yang ada, dan juga memberikan alternatif-alternatif yang dibutuhkan siswa untuk mencapai penyesuaian yang lebih baik.
Dalam study kasus ini, peneliti melakukan assasmen terhadap subyek bermasalah tersebut, untuk memperoleh data-data tentang subyek. Baik yang berhubungan dengan diri subyek sendiri, keluarga, sekolah, maupun lingkungan sosial subyek. Untuk itu kerahasiaan identitas subyek harus sangat diperhatikan karena menyangkut rahasia pribadi subyek dan juga untuk menjaga rasa aman subyek dalam lingkungannya. Asas kerahasiaan ini harus dijalankan oleh peneliti karena pekerjaan peneliti adalah profesi seorang yang profesional, jadi ada aturan-aturan dan kode etik yang mengikat.
Berdasarkan kode etik jabatan peneliti Bab II sub bab kegiatan profesinal butir 1.1 yang berbunyi :
1.Catatan tentang diri subyek yang meliputi data hasil wawancara, tenting, surat-menyurat, perekaman dan data lain, semuanya merupakan informasi yang bersifat rahasia dan hanya boleh digunakan untuk kepentingan subyek. Penggunaan data/informasi untuk keperluan riset atau pendidikan calon peneliti dimungkinkan sepanjang identitas subyek dirahasiakan.
2.Penyimpangan informasi mengenai kepada subyek kepada keluarga atau kepada anggota profesi lain, membutuhkan persetujuan subyek.
3.Penggunaan informasi tentang subyek dalam rangka konsultasi dengan anggota profesi yang sama atau yang lain dapat dibenarkan, asalakan untuk kepentingan subyek dan tidak merugikan subyek.
4.Keterangan mengenai bahan profesional hanya boleh diberikan kepada orang berwenang menafsirkan dan menggunakannya.
Untuk itu peneliti diharuskan untuk bertindak sesuai dengan kode etik yang ada demi menjaga kerahasiaan subyek, sehingga dalam laporan study kasus ini identitas yang peneliti cantumkan dan segala latar belakang dengan sengaja dibuat fiktif.


C.IDENTIFIKASI KASUS
1.Proses Penemuan Kasus
Subyek kasus ini peneliti temukan melalui hasil observasi dan identifikasi orang yang bermasalah, selain itu juga hasil wawancara dengan teman satu kelasnya dan teman satu kosannya serta berdasarkan data-data yang ada. Dari hasil observasi dan identifikasi yang dilakukan ditemukan adanya gelaja-gejala yang menunjukkan adanya masalah yang dihadapi subyek.
2.Identitas Kasus
IDENTITAS SUBYEK
Nama : RS
Jenis kelamin : perempuan
Bentuk Wajah : Oval
Warna Rambut : Hitam
Jenis Rambut : Lurus
3.Gambaran Keunikan Kasus
a)Penampilan Fisik
Subyek adalah anak yang memiliki ciri-ciri fisik dengan postur tubuh yang tidak jauh beda dengan teman sebayanya. Warna kulit Sawo Matang, bentuk wajahnya terlihat oval, rambutnya berwarna hitam lurus. Subyek kurang begitu bisa membina diri sendiri, kulitnya terlihat kusam. Penampilannya terutama dalam berpakaian sering terlihat kurang rapi, dan kurang bisa menjaga kebersihan diri.
b)Kondisi Psikis
Subyek adalah anak mudah bergaul dan bersosialisasi, tapi subyek lebih sering terlihat sendiri jarang sekali berinteraksi dengan teman sebayanya. c)Kondisi Keluarga
Subyek adalah anak ke-2 dari 6 bersaudara tinggal bersama orang tua, tiga orang kakak karena yang satu sudah meninggal dan adiknya. Ayahnya adalah ayah tiri sedangkan ayah kandungnya telah meninggal. Ibunya bekerja sebagai ibu rumah tangga.
d)Lingkungan Sosial
Subyek sering di olok-olok teman-temannya entah itu di sekolah maupun di lingkungan tempat bermainnya.
e)Keagamaan
Subyek mengaku jarang sekali menunaikan sholat, subyek hanya sholat 2 kali sehari dari lima waktu yang ada, terutama subuh dan dzuhur. Dan itu tidak ada teguran atau perhatian dari orang tua. Dalam membaca Al-Qur’an pun subyek masih belum bisa membacanya dengan lancar, subyek masih belum mengetahui huruf-huruf hijaiyah dengan baik. Menurut subyek belajar mengaji juga jarang, ia masih belajar membaca Iqra’ dan membacanya pun salah-salah, masih belum bisa membedakan dengan jelas huruf-huruf hijaiyah.



BAB II
GEJALA DAN ALASAN PEMILIHAN KASUS
A.GEJALA KASUS
Berdasarkan data-data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara, di temukan beberapa gejala-gejala permasalahan yang tampak , yaitu :
Tidak konsentrasi ketika mengikuti pajaran, subyek lebih sering melamun ketika dalam kelas dan ketika ditanya materi pelajaran yang sudah disampaikan subyek tidak bisa menjawabnya.
Lamban dalam memahami pelajaran, subyek lamban menangkap apa yang disampaikan oleh guru. Sampai sampai guru harus mengulang beberpa kali apa yang di terangkannya.


B.ALASAN PEMILIHAN KASUS
Berdasarkan gejala-gejala yang ditemukan dan dialami subyek, peneliti menganggap bahwa subyek perlu segera mendapatkan bantuan untuk penyelesaian masalah-masalah yang dihadapinya. Apabila hal tersebut tidak segera ditangani dapat terjadi beberapa kemungkinan yang dikhawatirkan akan mempengaruhi pula interaksi dan pergaulannya, yang memungkinkan subyek akan terus menarik diri. Juga mempengaruhi prestasi belajarnya, Berdasarkan beberapa kemungkinan yang timbul itulah maka kasus ini peneliti jadikan sebuah study kasus dan perlu adanya laporan study kasus. Dengan bantuan yang akan diberikan nantinya diharapakan subyek bisa menjadi lebih baik dan tumbuh motivasi dirinya serta mampu merubah kebiasaan-kebiasaan sebelumnya yang dapat merugikan subyek.
C. ANCANGAN STUDY KASUS
Dalam menyusun study kasus ini mengunakan ancangan konseling behavioral yang dikembangkan oleh beberapa tokoh dari aliran behavioral seperti D. Krumboltz, Carl E. Thoresen, Ray E. Hosfor , Bandura, Wolpe, dan tokoh lainnya.
Menurut Krumboltz dan Thoresen (Shertzer & Stone, 1980, 190) konseling behavior merupakan suatu proses membantu orang untuk memecahkan masalah.interpersonal, emosional dan keputusan tertentu. Dalam konsep behavioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya, proses konseling merupakan suatu penataan proses atau pengalaman belajar untuk membantu individu mengubah perilakunya agar dapat memecahkan masalahnya.
Dalam pandangan behavioral, kepribadian manusia itu pada hakikatnya adalah perilaku. Perilaku dibentuk berdasarkan hasil dari segenap pengalamannya berupa interaksi individu dengan lingkungan sekitar. Tidak ada manusia yang sama, karena pada kenyataannya manusia memiliki pengalaman yang berbeda dalam kehidupannya. Kepribadian seseorang merupakan cerminan dari pengalaman, yaitu situasi atau stimulus yang diterima.
Adapun tujuan dari konseling bahavioral adalah mencapai kehidupan tanpa mengalamai perilaku simtomatik yaitu kehidupan tanpa mengalamai kesulitan atau hamabatan perilaku, yang dapat membuat ketidakpuasan dalam jangka panjang atau mengalami konflik dalam kehidupan sosial.
Ancangan dalam konseling behavioral terdiri dari beberapa tahapan, yaitu :
1.Membangun hubungan pribadi dengan subyek.
Pada tahap ini, diharapkan adanya rapport antara subyek dengan peneliti. Sehingga setelah terbentuk rapport yang baik nantinya proses konseling yang terjadi akan bisa optimal.
2.Mendenganrkan dengan penuh perhatian ungkapan pikiran dan perasaan subyek
Setelah tahap pertama (membangun hubungan pribadi dengan subyek), maka selanjutnya adalah tahap mendengarkan dengan penuh perhatian ungkapan pikiran dan perasaan subyek. Pada tahap ini, peneliti diharapkan dapat menciptakan iklim yang baik dan penting untuk mempermudah melakukan modifikasi subyek. Peneliti harus bersikap menerima, mencoba memahami subyek dan apa yang dikeukakan subyek tanpa menilai atau mengkritiknya.
3.Mengadakan analisis kasus, yaitu mencari gambaran yang lengkap mengenai kaitan antara A-B dan C.
Peneliti akan menaruh perhatian khusus pada reaksi-reaksi internal karena peneliti akan mengusahakan supaya subyek mengubah dahulu reaksi-reaksi internal itu sebagai jalan intermediary untuk merubah perilakunya.
Pada tahap analisis merupakan langkah mengumpulkan data dan informasi tentang diri subyek dan latar belakang masalah tersebut beserta segala aspek kepribadiannya. Dengan mengetahui segala data dan informasi tentang subyek nantinya akan dengan mudah menganalisis kasus tersebut.
Dalam tahap ini metode wawancara dan observasi yang sangat berperan.
4.Membantu subyek menemukan penyelesaian.
Tahap selanjutnya yaitu membantu subyek menemukan penyelesaiaan dari masalah yang dihadapi. Setelah kasusnya dianalisis maka nantinya akan ditemukan beberapa alternatif pemecahan masalah yang dihadapi. Adapun beberapa penyelesaian dengan menggunakan beberapa tekhnik, diantaranya :
Pendekatan operant learning hal yang penting adalah pengutan (Reinforcement Positive) yang dapat menghasilkan perilaku klien yang dikehendaki.
Metode Unitative Learning atau social modeling (Modeling) diterapkan oleh konselor dengna merancang suatu perilaku adaptif yang dapat dijadikan model oleh klien.
Metode Cognitive Learning atau pembelajaran kognitif merupakan metode yang berupa pengajaran secara verbal (Speaking Treatment), kontrak antara konselor dan klien, dan bermain peranan (Role Play).
Metode Emotional Learning, atau pembelajaran emosional diterapkan pada individu yang mengalami suatu kecemasan..
5.Evaluasi.
Tahap ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang diberikan kepda klien serta penentu lanjutan berdasarkan penilaian tersebut untuk mengikuti perkembangan subyek setelah mendapat bantuan.
6.Mengakhiri hubungan pribadi dengan subyek
Pada tahap akhir ini, subyek dan peneliti nanatinya di harapakan tidak ada ketergantungan di antara mereka. Proses terminasi dilakukan pada tahap ini.






BAB III
PROSUDER DAN METODE PENYELIDIKAN
Dalam proses pemberian bantuan kepada subyek, penliti terlebih dahulu harus mampu memahami keadaan subyek, agar nantinya dapat memberikan bantuan secara tepat dan sesuai dengan kebutuhan subyek. Sedangkan penelitian yang dilakukan menggunkan ancangan klinis konseling behavior sebagai teknik dalam pelaksanaan stui kasus konseling.


A. ANALISIS
Tahap analisis merupakan tahap pengumpulan data tentang subyek secara terorganisir. Data subyek yang dikumpulkan ini meliputi data diri subyek secara keseluruhan sehingga dapat menggambarkan diri subyek dan lingkungannya. Adapun proses pengumupulan data ini meliputi data data lengkap subyek, daftar cek masalah, waawancara dan observasi.
Kolom Keluarga
1.Nama Ayah : Maryanto Nama Ibu : Sumirah
2.Pekerjaan Ayah : Buruh Ibu : Ibu rumah tangga
3.Tinggal di kos-kosan
4.Anak : Ke-2 dari 6 bersaudara
5.Kedekatan dirumah : dengan ibu
6.Kerukunan dengan saudara : Sering bertengkar dengan adiknya
7.Kedekatan dengan saudara : Dengan kakak laki-laki yang ke-3
8.Pengalaman dimarahi ayah : Pernah di Geranyangin eleh ayah tirinya.

Kolom Lingkungan Sosial
Rina Saputri adalah mahasiswa yang sangat antusias mengikuti organisasi intra kampus dan teman-temanyapun sangat menyukai sikap dia yang ramah dan periang.


WAWANCARA
Data yang diperoleh dari hasil wawancara sebagai berikut :
Subyek merasa sudah tidak ada lagi yang mau menerima dirinya apa adanya setelah subyek kehilangan keperawanannya sehingga membuat subyek sering berbicara dusta dan terkadang ngelantur dengan topic bhasan yang ia munculkan. Subyek merasa lemah dan di sia-siakan, subyek menjadi pendiam, Subyek sering menarik diri dan merasa minder.



OBSERVASI
Data yang diperoleh dari hasil observasi sebagai berikut :
Subyek sering tidak konsentrasi ketika mengikuti pelajaran, Subyek sering menarik diri dan merasa minder dan sering pula tidak menjaga kesehatanya sehingga di kelas saat perkuliahan berlangsung pernah berapa kali ia pingsan.


B.SINTESIS
Sintesis merupkan salah satu tahapan dalam melaksanakan study kasus, didalamnya dilakukan proses perangkuman serta penyususnan data yang telah diperoleh untuk mendapatkan gambaran tentang diri subyek. Dari tahap sintesis ini dapat disimpulkan bahwa subyek mengalami kesulitan belajar karena sulit berkonsentrasi ketika mengikuti pelajaran dan lamban dalam memahami pelajaran, perhatian teman-teman satu kelasnya yang kurang, mengalami kecemasan, selain itu subyek jadi minder dan menarik diri dikarenakan adanya tekanan dari teman-temannya.


C.DIAGNOSIS
Diagnosis merupakan langkah interpretasi data yang telah diperoleh dari hasil analisis dan sintesis. Diagnosis meliputi dua kegiatan, yaitu identifikasi masalah dan etionlogi (penyebab masalah).
a)Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan proses klarifikasi masalah yang sedang dihadapi subyek. Dari klarifikasi yang dilakukan menunjukkan bahwa masalah yang sedang dihadapi subyek sangat kompleks. Namun yang menjadi akar permasalah utama yang dihadapi subyek adalah masalah kurangnya tidak adanya lagi kepercayaan untuknya dari teman-temannya
b)Etiologi
Etiologi merupakan tahap mencari faktor-faktor penyebab masalah atau yang melatar belakangai munculnya masalah yang dialami subyek. Dari rekaman data yang terkumpul diketahii berbagai hal yang melatar belakangi munculnya masalah subyek.



D.PROGNOSIS
Langkah prognosa adalah langkah yang ditempuh dalam usaha untuk memprediksi (meramalkan) hal-hal yang terjadi bila masalah subyek tidak segera mendapatkan bantuan dan hal-hal yang terjadi bila subyek mendapatkan bantuan.
Apabila subyek segera dibantu, kemungkinan besar ada perubahan dalam diri subyek yaitu :
a)Subyek mulai berusaha melatih konsentrasinya pada pelajaran
b)Subyek mulai bisa membina dirinya dengan baik
c)Subyek mampu bergaul/brsosialisasi dengan baik dengan lingkungannya
d)Kecemasan dan stress yang dihadapi subyek mulai berkurang karena subyek merasa orang-orang di sekitarnya benar-benar peduli padanya dan penuh penuh perhatian.
e)Motivasi diri dan rasa percaya dirinya tumbuh kembali, dan subyek mulai bisa menghilangkan rasa keterkucilan yang dirasakannya.
Sedangkan jika subyek tidak segera mendpatkan penanganan atas masalahnya maka dapat diprediksikan bahwa subyek akan mengalami :
a)Stress bahkan depresi akibat masalah-masalah yang dihadapainya.
c)Lingkungan sosial Subyek akan cenderung yang tidak bisa menerimanya dan bahkan akan selalu menolaknya.
d)Daya konsentrasi subyek semakin terpecah dan nilai akademis semakin turun


E.FOLLOW-UP
Follow up merupakan langkah terakhir dalam study kasus yang berupaya untuk melihat seberapa jauh keefektifan bantuan yang telah diberikan dan terlaksana dapat membantu masalah subyek serta menilai perubahan-perubahan yang dapat dicapai subyek. Dalam usaha mengetahui perkembangan subyek, peneliti melakukannya dengan cara observasi dan wawancara tentang kemajuan yang telah diperolehnya. Jika bantuan yang diberikan dapat dikatakan berhasil maka selanjutnya adalah memantau perkembangan subyek dan mempertahankannya, namun jika usaha bantuan yang diberikan tersebut dirsa kurang berhasil maka akan dilakukan pengulangan dan perbaikan usaha yang lebih efektif.
1.Wawancara
Menurut penuturan subyek, subyek sudah bisa bergaul dengan baik dengan teman-temannya, sekarang lebih sering bermain dengan teman, dan mulai bisa memusatkan perhatiannya.

2.Observasi
Dari hasil observasi yang dilakukan setelah diberikan bantuan subyek mulai berusaha melatih konsentrasinya terutama pada pelajaran.
Masih perlu dilakukan usaha bantuan dan pendampingan sebagai kelanjutan dari upaya bantuan yang telah diberikan pada subyek. Dan untuk mengetahui perkembangan subyek setelah menerima bantuan memang perlu waktu cukup lama, karena perubahan pola tingkah laku maupun pola pikir seseorang tidak bisa di ukur dengan instan dan dalam waktu yang singkat. Perubahan-perubahan yang terjadi merupakan suatu proses menuju pribadi yang lebih baik.













BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A.ANALISIS

Study kasus yang telah peneliti lakukan bertujuan untuk memahami subyek dan masalah-malasah yang dihadapinya dengan lebih mendalam serta untuk mengetahui penyebab dari masalahnya. Untuk memperoleh hal itu peneliti menggunkan ancangan konseling behavior. Yang mana konseling behavior merupakan suatu proses membantu orang untuk memecahkan masalah interpersonal, emosional dan keputusan tertentu. Dalam konsep behavioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya, proses konseling merupakan suatu penataan proses atau pengalaman belajar untuk membantu individu mengubah perilakunya agar dapat memecahkan masalahnya.
Dengan melalui tahap-tahap konseling yang dilakukan dan ditunjang oleh kelengkapan data yang telah diperoleh melalui daftar cek masalah, wawancara dan observasi, yang dari hasil proses tersebut sangat membantu subyek dalam memcahkan masalahnya.
Secara umum, study kasus yang dilaksanakan sudah berjalan dengan lancar dan cukup baik, akan tetapi masih banyak kendala-kendalan yang harus dihadapai. Ada beberapa kendala yang dihadapi dalam melakukan study kasus ini antara lain; karena keterbatasan waktu sehingga pelaksanaan konseling dan wawancara langsung sangat sulit dilakukan, terutama wawancara yang dilakukan pada orang tua subyek. Selain itu juga karena padatnya kegiatan peniliti.


B.PEMBAHASAN
Study kasus adalah suatu teknik mempelajari seorang individu secara mendalam untuk membantu memperoleh penyesuaian diri yang lebih baik. (Djumhur, 1985). Menurut seorang ahli pendidikan, WS. Winkel (1995) study kasus adalah suatu metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan seorang murid secara mendalam dengan tujuan membantu murid untuk mencapai penyesuaian yang lebih baik.
Subyek yang diangkat dalam study kasus ini memilki permasalahan yang cukup

serius, sehingga peneliti menganggap bahwa subyek membutuhkan bantuan dan layanan yang cukup serius dan secepatnya. Untuk itu peneliti memberikan ancangan konseling behavior.
Bantuan yang peneliti berikan pada subyek terdiri dari beberapa treatment atau beberapa alternatif pemecahan masalah yang dihadapi. Yaitu dengan metode, antara lain :
Pendekatan operant learning hal yang penting adalah pengutan (Reinforcement Positive) yang dapat menghasilkan perilaku klien yang dikehendaki.
Metode Unitative Learning atau social modeling (Modeling) diterapkan oleh konselor dengna merancang suatu perilaku adaptif yang dapat dijadikan model oleh klien.
Metode Cognitive Learning atau pembelajaran kognitif merupakan metode yang berupa pengajaran secara verbal (Speaking Treatment), kontrak antara konselor dan klien, dan bermain peranan (Role Play).
Metode Emotional Learning, atau pembelajaran emosional diterapkan pada individu yang mengalami suatu kecemasan.
Keberhasilan dalam pelaksaaan study kasus ini tidak terlepas dari adanya maksud dan tujuan yang jelas dari diadakannya study kasus ini, adanya kerjasama yang baik antara peneliti, subyek dan teman-teman sekelas klien. Klien dan peneliti menetapkan tujuan yang telah ditetapkan apakah merupakan perubahan yang dimiliki oleh klien. Dan juga karena adanya motivasi dalam diri subyek untuk berubah dan peneliti membantu sehingga kerja sama terjalin dengan harmonis. Selain itu peneliti menggunakan proseder ancangan dan tekhnik konseling secara teratur.


BAB V
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Klien yang dijadikan subyek dalam study kasus ini mengalami masalah kesulitan untuk berbicara jujur dan menjaga dirinya sendiri, disebabkan karena subyek terlalu merefres masalah-malasah yang dihadapinya dan terlalu banyak memikirkannya sehingga ia terlihat sering melamun. Sampai menglamai kecemasan bahkan mungkin mengalami stress.
Selain itu subyek juga mengalami kecemasan, dikarenakan merasa orang tua tidak peduli dan mengacuhkannya, dan juga danya tekanan dari teman-temannya. Subyek juga sering minder dan menarik diri dikarenakan adanya tekanan dan olok-olokan yang selalu ia terima dari teman-temannya, dianggap tidak bisa diajak berteman bahkan sampai berbicara yang tidak jujur kepada teman-temannya atau karena kekurangan yang dimilikinya. Kurangnya perhatian orang tua terhadap dirinya merupakan bagian dari penyebab subyek seperti itu. Melihat sikap orang tua/keluarga yang kurang perhatian terhadap subyek yang kemudian mengeluhkan sikap orang tuanya yang tidak mau memperhatikan dan kurang adil.


B.SARAN
Mengacu pada pengalaman study kasus yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang harus diperhatikan, baik itu oleh konselor, psikololog guru, ataupun pihak sekolah diataranya :
a)Konselor, psikolog atau peneliti hendaknya tidak menggurui subyek.
b)Peneliti hendaknya selalu memperhatikan akan apa yang dibutuhkan siswa sesuai dengan perkembangan dan potensi yang dimilki.
d)Hendaknya adanya dukungan dan kerjasama antara teman-teman kos-kosannya dan teman-teman satu kelasnya.
e)Subyek nantinya diharapkan bisa melanjutkan ataupun dapat kreatif dalam memecahakan masalahnya sendiri tanpa bantuan konselor, psikolog dan peneliti lagi.
f)Bagi konselor, psikolog dan peneliti, hendaknya selalu tetap menjaga kerahasiaan subyek.




DAFTAR PUSTAKA
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka Cipta, Jakarta.2002
Robert K. Yin. Prof.Dr. Study Kasus: Desain dan Metode. PT. Ragjagrafinfo Persada. Jakarta. 2002.
Munandir, Prof. Dr. Program Bimbingan Karier Si Sekolah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Jakarta. 1996.
Priyatni, Prof.Dr dan Ermananti, Drs. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. PT Rieneka Cipta. Jakarta. 1999.
Gunawan, Yusuf, MSc. Drs. Pengantar Bimbingan dan Konseling, Buku
http://eldido.blog.friendster.com/2008/07/study-kasus-anak-lamban-belajar/
http://rmfatihah.com/2008/07/gangguan kecemasan/

DESAIN PEKERJAAN DAN INFORMASI ANALISIS JABATAN SERTA PERENCANAAN SDM

DESAIN PEKERJAAN DAN INFORMASI ANALISIS JABATAN SERTA PERENCANAAN SDM

1. Pengertian
• Desain pekerjaan adalah fungsi penetapan kegiatan kerja seorang atau sekelompok karyawan secara organisasional.
• Tujuannya untuk mengatur penugasan kerja supaya dapat memenuhi kebutuhan organisasi.

2. Elemen-elemen desain pekerjaan
• Elemen organisasional
- Pendekatan mekanistik
- Aliran kerja
- Praktek-praktek kerja
• Elemen lingkungan
- Kemampuan dan ketersediaan karyawan
- Pengharapan sosial
• Elemen keperilakuan
- Otonomi
- Variasi
- Identitas tuga
- Umpan balik

3. Trade-offs keperilakuan dan efisiensi
• Produktifitas versus Spesialisasi
• Kepuasan kerja versus Spesialisasi
• Proses belajar versus Spesialisasi
• Perputaran karyawan versus Spesialisasi

4. Teknik job re-design
• Simplifikasi pekerjaan
• Perluasan pekerjaan

5. Informasi analisis pekerjaan
• Guna informasi analisis pekerjaan :
a. Menetapkan basis rasional untuk struktur kompensasi
b. Menghapuskan persyaratan kerja yang menimbulkan diskriminasi
c. Merencanakan kebutuhan SDM di masa yang akan datang
d. Meramalkan kebutuhan pelatihan bagi karyawan
e. Merencanakan pengembangan karier karyawan potensial
f. Menetapkan standar prestasi kerja
g. Menempatkan karyawan sesuai keahliannya
h. Memperbaiki aliran kerja
i. Menetapkan garis promosi
j. Memadukan lamaran dan lowongan kerja

• Tahapan pengumpulan informasi untuk analisis pekerjaan :
a. Tahap 1 – Persiapan analisis
b. Tahap 2 – Pengumpulan data
1) Observasi
2) Wawancara
3) Kuesioner
4) Logs
5) Kombinasi
c. Penyempurnaan data

6. Penggunaan informasi analisis pekerjaan
• Deskripsi pekerjaan (job description) :
- Menguraikan tugas-tugas yang harus dilakukan dalam suatu pekerjaan/jabatan

• Spesifikasi pekerjaan
- Menguraikan kualifikasi petugas yang harus melakukan tugas sesuai deskripsi pekerjaan dalam suatu jabatan

• Standar prestasi kerja
- Standar yang digunakan untuk menilai apakah seseorang bekerja dengan benar/sesuai standar atau belum

• Standar kompensi
- Standar kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang karyawan dalam melakukan suatu jenis pekerjaan

7. Penulisan/penyusunan deskripsi pekerjaan
• Nama jabatan
• Kode jabatan
• Tanggal penetapan deskripsi
• Penyusun
• Departemen
• Lokasi
• Fungsi jabatan
• Tugas
• Wewenang
• Tanggung jawab
• Hubungan lini
• Kondisi kerja

8. Penulisan spesifikasi pekerjaan
• Nama jabatan
• Kode jabatan
• Tanggal penetapan
• Penyusun
• Departemen
• Lokasi
• Persyaratan pemangku jabatan :
a. Pendidikan
b. Pengalaman
c. Persyaratan fisik
d. Persyaratan mental
e. Kemampuan/kompetensi
f. Jalur karier sebelumnya
http://www.pasamankab.go.id/


PENGERTIAN ANALISIS JABATAN
Analisis Jabatan merupakan kegiatan untuk menciptakan landasan atau pedoman bagi penerimaan dan penempatan karyawan. Dengan demikian kagiatan perencanaan SDM tidak terlepas dari analisis jabatan. Analisis jabatan adalah kegiatan untuk memberikan analisis pada setiap jabatan/pekerjaan, sehingga dengan demikian akan memberikan pula gambaran tentang spesifikasi jabatan tertentu.
Analisis jabatan secara sistematik meliputi kegiatan-kegiatan mengumpulkan, mengevaluasi dan mengorganisasikan pekerjaan/jabatan. Informasi yang dikumpulkan melalui analisis jabatan berperan penting dalam perencanaan SDM kerena menyediakan data tentang kondisi kepegawaian dan lingkungan kerja.
Contoh informasi yang didapat dari analisis jabatan adalah uraian jabatan, syarat jabatan, berat ringannya pekerjaan, besar kecilnya risiko pekerjaan, sulit tidaknya pekerjaan, besar kecilnya tanggung jawab, banyak sedikitnya pengalaman, tinggi rendahnya tingkat pendidikan dan pertimbangan-pertimbangan lain.
Analisis jabatan juga merupakan informasi tentang jabatan itu sendiri dan syarat-syarat yang diperlukan untuk dapat memegang jabatan tersebut dengan baik. Output dari analisis jabatan adalah deskripsi jabatan (Job Description) dan spesifikasi jabatan (Job Specification).
Deskripsi jabatan (Job Description) menjelaskan tentang suatu jabatan, tugas, tanggung jawab, wewenang dan sebagainya. Sedangkan spesifikasi jabatan (Job Specification) adalah informasi tentang syarat-syarat yang diperlukan bagi setiap karyawan agar dapat memangku suatu jabatan dengan baik. Syarat tersebut antara lain : 1) Syarat pendidikan, 2) Syarat kesehatan, 3) Syarat fisik, dan 4) Syarat lain seperti status pernikahan, jumlah anggota keluarga, kepribadian tertentu dan sebagainya.
Menurut French (1986), analisis jabatan adalah penyelidikan yang sistematis tentang isi pekerjaan, lingkungan fisik yang melingkupi pekerjaan, dan kualifikasi yang dibutuhkan untuk menjalankan tanggung jawab jabatan/pekerjaan.

Analisis Jabatan
Sejumlah kategori informasi selalu terdapat pada analisis jabatan, termasuk di dalamnya aktivitas apa saja yang ada, mengapa, bagaimana serta kapan aktivitas tersebut dilakukan; juga berisi informasi tentang alat/mesin apa yang digunakan, apa yang dipertimbangkan dalam interaksi satu sama lain, kondisi kerja secara fisik dan sosial, pelatihan, ketrampilan dan kemampuan yang diisyaratkan dalam pekerjaan. Analisis jabatan yang baik juga dapat digunakan untuk memperbaiki efektivitas dan efisiensi staffing, penilaian, imbalan dan sebagainya.
Analisis jabatan merupakan informasi tertulis mengenai pekerjaan-pekerjaan apa yang harus dikerjakan oleh pegawai dalam suatu perusahaan agar tujuan tercapai. Dari analisis jabatan dapat dibuat rancangan pekerjaan dan ditetapkan uraian pekerjaan. Dengan demikian analisis jabatan dapat memberikan informasi tentang aktivitas pekerjaan, standar pekerjaan, konteks pekerjaan, persyaratan personalia, perilaku manusia dan alat-alat yang digunakan.
Schuler (1992) berpendapat bahwa analisis jabatan adalah suatu proses penguraian dan pencatatan pekerjaan-pekerjaan. Sedangkan khusus uraian dan catatan tersebut adalah sasaran pekerjaan-pekerjaan yaitu tugas-tugas atau aktivitas dan kondisi yang meliputinya. Dasar dari analisis jabatan adalah spesifikasi pekerjaan yang tertulis secara mendetail tentang ketrampilan, pengetahuan dan kemampuan individu yang dibutuhkan oleh kinerja pekerjaan tersebut. Namun demikian, tidak semuanya berjalan baik. Uraian kerja yang termasuk didalamnya menginformasikan tentang standar kinerja, karakteristik tugas yang dirancang, dan karakteristik individu pekerja. Selain itu spesifikasi pekerjaan meliputi karaktersitik individu, interest dan preferensi yang kompatibel dengan pekerjaan atau memuaskan kinerja pekerjaan. Modifikasi antara uraian pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan adalah untuk menjaga agar sasaran manajemen SDM seperti peningkatan produkstivitas dan kualitas hidup pekerja senantiasa terjaga.
MANFAAT DAN FUNGSI ANALISIS JABATAN
Beberapa kegiatan organisasi akan berjalan lebih baik hasilnya bila berlandaskan atau berpedoman pada analisis jabatan. Menurut Nitisemito (1992), analisis jabatan bermanfaat sebagai :
• landasan untuk melaksanakan mutasi;
• landasan untuk melaksanakan promosi;
• landasan untuk melaksanakan training/ pelatihan;
• landasan untuk melaksanakan kompensasi;
• landasan untuk melaksanakan syarat lingkungan kerja;
• landasan untuk pemenuhan kebutuhan peralatan.

Sedangkan fungsi dari analisis jabatan adalah untuk :
a. menentukan basis regional bagi struktur kompensasi;
b. mengevaluasi tantangan lingkungan yang mempengaruhi pekerjaan individu;
c. menghapuskan persyaratan kerja yang dapat menyebabkan adanya deskriminasi dalam pengadaan SDM;
d. merencanakan kebutuhan SDM di waktu yang akan datang;
e. memadukan lamaran dan lowongan kerja yang ada;
f. memforkas dan menentukan kebutuhan-kebutuhan latihan bagi para karyawan;
g. mengembangkan rencana-rencana pengembangan pegawai yang potensial;
h. menetapkan standar prestasi kerja yang realistik;
i. menempatkan karyawan sesuai dengan ketrampilannya;
j. membantu revisi struktur organisasi;
k. memperkenalkan karyawan baru dengan pekerjaan mereka;
l. memperbaiki alur kerja;
m. memberikan data sebagai fungsi saluran komunikasi;
n. menetapkan garis promosi dalam semua departemen dan organisasi.

SASARAN ANALISIS JABATAN
1) Menentukan nilai pekerjaan yang memungkinkan untuk pemeliharaan hak pembayaran internal dan eksternal.
2) Memastikan perusahaan tidak melanggar ketetapan upah dan imbalan untuk pekerjaan yang sama.
3) Membantu supervisor dan pekerja dalam mendefinisikan tugas dan tanggung jawab untuk masing-masing pekerja.
4) Menyediakan justifikasi untuk eksistensi pekerjaan dan manakala organisasi dalam kondisi “fit” hingga kondisi “istirahat”.

http://elearning.gunadarma.ac.id


























A. PENGERTIAN PERENCANAAN SDM
Sumber daya manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu, perilaku dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya.
Andrew E. Sikula (1981;145) mengemukakan bahwa:
“Perencanaan sumber daya manusia atau perencanaan tenaga kerja didefinisikan sebagai proses menentukan kebutuhan tenaga kerja dan berarti mempertemukan kebutuhan tersebut agar pelaksanaannya berinteraksi dengan rencana organisasi”.
George Milkovich dan Paul C. Nystrom (Dale Yoder, 1981:173) mendefinisikan bahwa:
“Perencanaan tenaga kerja adalah proses peramalan, pengembangan, pengimplementasian dan pengontrolan yang menjamin perusahaan mempunyai kesesuaian jumlah pegawai, penempatan pegawai secara benar, waktu yang tepat, yang secara otomatis lebih bermanfaat”.

Perencanaan SDM merupakan proses analisis dan identifikasi tersedianya kebutuhan akan sumber daya manusia sehingga organisasi tersebut dapat mencapai tujuannya.
1. Kepentingan Perencanaan SDM
Ada tiga kepentingan dalam perencanaan sumber daya manusia (SDM), yaitu:
Kepentingan Individu.
Kepentingan Organisasi.
Kepentingan Nasional.
2. Komponen-komponen Perencanaan SDM
Terdapat beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam perencanaan SDM, yaitu:


Tujuan
Perencanaan SDM harus mempunyai tujuan yang berdasarkan kepentingan individu, organisasi dan kepentingan nasional. Tujuan perencanaan SDM adalah menghubungkan SDM yang ada untuk kebutuhan perusahaan pada masa yang akan datang untuk menghindari mismanajemen dan tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas.
Perencanaan Organisasi
Perencanaan Organisasi merupakan aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk mengadakan perubahan yang positif bagi perkembangan organisasi. Peramalan SDM dipengaruhi secara drastis oleh tingkat produksi. Tingkat produksi dari perusahaan penyedia (suplier) maupun pesaing dapat juga berpengaruh. Meramalkan SDM, perlu memperhitungkan perubahan teknologi, kondisi permintaan dan penawaran, dan perencanaan karir.
Kesimpulannya, PSDM memberikan petunjuk masa depan, menentukan dimana tenaga kerja diperoleh, kapan tenaga kerja dibutuhkan, dan pelatihan dan pengembangan jenis apa yang harus dimiliki tenaga kerja. Melalui rencana suksesi, jenjang karier tenaga kerja dapat disesuaikan dengan kebutuhan perorangan yang konsisten dengan kebutuhan suatu organisasi.
Syarat – syarat perencanaan SDM
Harus mengetahui secara jelas masalah yang akan direncanakannya.
Harus mampu mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang SDM.
Harus mempunyai pengalaman luas tentang job analysis, organisasi dan situasi persediaan SDM.
Harus mampu membaca situasi SDM masa kini dan masa mendatang.
Mampu memperkirakan peningkatan SDM dan teknologi masa depan.
Mengetahui secara luas peraturan dan kebijaksanaan perburuhan pemerintah.

3. Proses perencanaan SDM
Strategi SDM adalah alat yang digunakan untuk membantu organisasi untuk mengantisipasi dan mengatur penawaran dan permintaan SDM. Strategi SDM ini memberikan arah secara keseluruhan mengenai bagaimana kegiatan SDM akan dikembangkan dan dikelola.
Pengembangan rencana SDM merupakan rencana jangka panjang. Contohnya, dalam perencanaan SDM suatu organisasi harus mempertimbangkan alokasi orang-orang pada tugasnya untuk jangka panjang tidak hanya enam bulan kedepan atau hanya untuk tahun kedepan. Alokasi ini membutuhkan pengetahuan untuk dapat meramal kemungkinan apa yang akan terjadi kelak seperti perluasan, pengurangan pengoperasian, dan perubahan teknologi yang dapat mempengaruhi organisasi tersebut.
Prosedur perencanaan SDM
Menetapkan secara jelas kualitas dan kuantitas SDM yang dibutuhkan.
Mengumpulkan data dan informasi tentang SDM.
Mengelompokkan data dan informasi serta menganalisisnya.
Menetapkan beberapa alternative.
Memilih yang terbaik dari alternative yang ada menjadi rencana.
Menginformasikan rencana kepada para karyawan untuk direalisasikan.
Metode PSDM ,dikenal atas metode nonilmiah dan metode ilmiah. Metode nonilmiah diartikan bahwa perencanaan SDM hanya didasarkan atas pengalaman, imajinasi, dan perkiraan-perkiraan dari perencanaanya saja. Rencana SDM semacam ini risikonya cukup besar, misalnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Akibatnya timbul mismanajemen dan pemborosan yang merugikan perusahaan.
Metode ilmiah diartikan bahwa PSDM dilakukan berdasarkan atas hasil analisis dari data, informasi, dan peramalan (forecasting) dari perencananya. Rencana SDM semacam ini risikonya relative kecil karena segala sesuatunya telah diperhitungkan terlebih dahulu.

4. Pengevaluasian Rencana SDM
Jika perencanaan SDM dilakukan dengan baik, akan diperoleh keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
Manajemen puncak memiliki pandangan yang lebih baik terhadap dimensi SDM atau terhadap keputusan-keputusan bisnisnya.
Biaya SDM menjadi lebih kecil karena manajemen dapat mengantisipasi ketidakseimbangan sebelum terjadi hal-hal yang dibayangkan sebelumnya yang lebih besar biayanya.
Tersedianya lebih banyak waktu untuk menempatkan yang berbakat karena kebutuhan dapat diantisipasi dan diketahui sebelum jumlah tenaga kerja yang sebenarnya dibutuhkan.
Adanya kesempatan yang lebih baik untuk melibatkan wanita dan golongan minoritas didalam rencana masa yang akan datang.
Pengembangan para manajer dapat dilaksanakan dengan lebih baik.

Kendala-kendala PSDM
1. Standar kemampuan SDM
Standar kemampuan SDM yang pasti belum ada, akibatnya informasi kemampuan SDM hanya berdasarkan ramalan-ramalan (prediksi) saja yang sifatnya subjektif. Hal ini menjadi kendala yang serius dalam PSDM untuk menghitung potensi SDM secara pasti.
2. Manusia (SDM) Mahluk Hidup
Manusia sebagai mahluk hidup tidak dapat dikuasai sepenuhnya seperti mesin. Hal ini menjadi kendala PSDM, karena itu sulit memperhitungkan segala sesuatunya dalam rencana. Misalnya, ia mampu tapi kurang mau melepaskan kemampuannya.
3. Situasi SDM
Persediaan, mutu, dan penyebaran penduduk yang kurang mendukung kebutuhan SDM perusahaan. Hal ini menjadi kendala proses PSDM yang baik dan benar.

4. Kebijaksanaan Perburuhan Pemerintah
Kebijaksanaan perburuhan pemerintah, seperti kompensasi, jenis kelamin, WNA, dan kendala lain dalam PSDM untuk membuat rencana yang baik dan tepat.

B. PERAMALAN
Peramalan (forecasting) menggunakan informasi masa lalu dan saat ini untuk mengidentifikasi kondisi masa depan yang diharapkan. Proyeksi untuk masa yang akan datang tentu saja ada unsur ketidaktepatan. Basanya orang yang berpengalaman mampu meramal cukup akurat terhadap benefit organisasi dalam rencana jangka panjang.
Pendekatan-pendekatan untuk meramal SDM dapat dimulai dari perkiraan terbaik dari para manajer sampai pada simulasi komputer yang rumit. Asumsi yang sederhana mungkin cukup untuk jarak tertentu, tetapi jarak yang rumit akan diperlukan untuk yang lain.
Jangka waktu peramalan
Peramalan SDM harus dilakukan melalui tiga tahap: perencanaan jangka pendek, menengah dan panjang.
Peramalan terhadap kebutuhan SDM (permintaan)
Penekanan utama dari peramalan SDM saat ini adalah meramalkan kebutuhan SDM organisasi atau permintaan kebutuhan akan SDM. Ramalan permintaan dapat berupa penilaian subjektif atau matematis.
Metode meramalkan permintaan, yaitu:
1. Metode penilaian terdiri dari:
a. Estimasi dapat top down atau bottom up, tetapi pada dasarnya yang berkepentingan ditanya “Berapa orang yang akan anda butuhkan tahun depan?”
b. Rules of thumb mempercayakan pedoman umum diterapkan pada situasi khusus dalam organisasi . Contoh; pedoman “one operations managers per five reporting supervisors” membantu dan meramalkan jumlah supervisor yang dibutuhkan dalam suatu divisi. Bagaimanapun, hal ini penting untuk menyesuaikan pedoman untuk mengetahui kebutuhan departemen yang sangat bervariasi.
Teknik Delphi menggunakan input dari kelompok pakar. Opini pakar dicari dengan menggunakan kuesioner terpisah dalam situasi diramalkan. Opini pakar kemudian digabungkan dan dikembalikan kepada para pakar untuk opini tanpa nama yang kedua. Proses ini akana berlangsung beberapa pakar hingga pakar pada umumnya asetuju pada satu penilaian. Sebagai contoh, pendekatan ini telah digunakan untuk meramalakan pengaruh teknologi pada Manajemen SDM dan kebutuhan perekrutan staff.
Teknik kelompok Nominal, tidak seperti Delphi, membutuhkan pakar untuk bertemu secara langsung. Gagasan mereka biasanya timbul secara bebas pada saat pertama kali, didiskusikan sebagai kelompok dan kemudian disusun senagai laporan.
2. Metode Matematika, terdiri dari:
a. Analisis Regresi Statistik membuat perbandingan statistik dari hubungan masa lampau diantara berbagai faktor. Sebagai contoh, hubungan secara statistik antara penjualan kotor dan jumlah karyawan dalam rantai retail mungkin berguna dalam meramalkan sejumlah karyawan yang akan dibutuhkan jika penjualan retail meningkat 30 %.
b. Meode Simulasi merupakan gambaran situasi nyata dalam bentuk abstrak sebagai contoh, model ekonometri meramalkan pertumbuhan dalam pemakaian software akan mengarahkan dalam meramalkan kebutuhan pengembangan software.
c. Rasio Produktivitas menghitung rata-rata jumlah unit yang diproduksi perkaryawan. Rata-rata ini diaplikasikan untuk ramalan penjualan untuk menentukan jumlah karyawan yang dibutuhkan, sebagai contoh, suatu perusahaan dapat meramalkan jumlah penjualan representative menggunakan rasio ini.
d. Rasio jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dapat digunakan untuk meramalkan tenaga kerja tak langsung. Sebagai contoh, jika perusahaan biasanya menggunakan satu orang klerikal untuk 25 tenaga kerja produksi, yang rasio dapat digunakan untuk membantu estimasi untuk tenaga klerikal.

C. ESTIMASI PERSEDIAAN/SUPPLY SDM INTERNAL DAN EKSTERNAL
Kalau sudah ada proyeksi permintaan HR dimasa yang akan datang, masalah berikutnya adalah bagaimana mengisi kebutuhan tersebut.
Ada dua sumber persediaan SDM : internal dan eksternal. Persediaan/supply internal bisa berasal dari karyawan yang telah ada yang dapat dipromosikan, ditransfer, atau didemosi untuk mengisi lowongan. Supply eksternal berasal dari luar atau mereka yang tidak sedang bekerja di organisasi tersebut dan siap direkrut oleh organisasi/perusahaan.
1. PENILAIAN INTERNAL TERHADAP KETENAGAKERJAAN ORGANISASI
Bagian dari perencanaan sumber daya manusia adalah menganalisis pekerjaan yang perlu dilakukan dan keahlian yang terdapat pada seseorang untuk melakukan suatu tugas. Kebutuhan organisasi harus di bandingkan dengan penyediaan tenaga kerja yang ada.
Tidak hanya sekedar menghitung jumlah karyawan. Harus dilakukan audit tenaga kerja yang sudah ada untuk mengetahui kemampuan pekerja yang ada.
Informasi ini menjadi dasar estimasi tentatif mengenai lowongan-lowongan yang dapat diisi oleh karyawan yang ada.
Penugasan tentatif ini biasanya dicatat di”Replacement Chart”. Chart ini merupakan representasi visual menyangkut SIAPA yang akan menggantikan SIAPA jika terjadi pergantian. Namun karena informasinya yang terbatas maka perlu juga dilengkapi dengan “Replacement Summaries”.
Mempertimbangkan karyawan-karyawan yang sudah ada untuk lowongan di masa yang akan datang adalah penting jika karyawan diproyeksikan memiliki karir yang panjang.
Audit and Replacement Chart juga penting bagi HRD. Dengan pengetahuan akan karyawan yang lebih banyak, HRD dapat merencanakan recruiting, training, dan career planning secara lebih efektif.
Pengetahuan ini juga dapat membantu HRD untuk memenuhi AAP dengan mengidentifikasi calon-calon minoritas interen untuk lowongan-lowongan tertentu.
Berikut adalah pertanyaan yang di berikan selama penilaian internal:
1. Pekerjaan apa yang ada pada saat ini ?
2. Berapa banyak orang yang mengerjakan setiap tugas ?
3. Apa hubungan laporan di antara tugas-tugas tersebut ?
4. Berapa pentingnya masing-masing tugas tersebut ?
5. Pekerjaan manakah yang membutuhkan penerapan strategi organisasi ?
6. Apa saja karakteristik dari pekerjaan yang di harapkan ?

Metode-metode yang digunakan untuk mengestimasi/menilai supply SDM internal yaitu:
1.1. Auditing Pekerjaan dan Keahlian
Tahap permulaan untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan yang ada didalam suatu perusahaan adalah mengaudit pekerjaan yang sedang dilakukan organisasi pada saat ini. Penilaian internal ini menolong menempatkan kedudukan suatu organisasi dalam mengembangkan atau memantapkan keunggulan kompetitif. Analisis yang komprehensif dari semua pekerjaan saat ini memberikan dasar untuk mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan pada masa yang akan datang.
Audit SDM merupakan tindak lanjut dari realisasi perencanaan-perencanaan yang telah dilakukan.
Kepentingan audit bagi perusahaan
Untuk mengetahui prestasi karyawan.
Untuk mengetahui besarnya kompensasi karyawan yang bersangkutan.
Untuk mengetahui kreativitas dan perilaku karyawan.
Untuk menetapkan apakah karyawan perlu dimutasi (vertical-horizontal) dan atau diberhentikan.
Untuk mengetahui apakah karyawan itu dapat bekerja sama dengan karyawan lainya.

Kepentingan audit bagi SDM
Untuk memenuhi kepuasan ego manusia yang selalu ingin diperhatikan dan mendapat nilai/pujian dari hasil kerjanya.
Karyawan ingin mangetahui apakah prestasi kerjanya lebih baik dari pada karyawan lainya.
Untuk kepentingan jasa dan promosinya.
Mengakrabkan hubungan para karyawan dengan pimpinannya
Tujuan audit SDM
Untuk mengetahui apakah pelaksanaan dan hasil kerja karyawan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Untuk mengetahui apakah semua karyawan dapat menyelesaikan job description-nya dengan baik dan tepat waktu.
Sebagai pedoman menentukan besarnya balas jasa kepada setiap karyawan.
Sebagai dasar pertimbangan pemberian pujian dan atau hukuman kepada setiap karyawan.
Sebagai dasar pertimbangan pelaksanaan mutasi vertical (promosi atau demosi), horizontal, dan atau alih tugas bagi karyawan.
Untuk memotivasi peningkatan semangat kerja, prestasi kerja, dan kedisiplian karyawan.

1.2. Inventarisasi Kemampuan Organisasi
Sumber dasar dari data tenaga kerja adalah data Sumber Daya Manusia pada organisasi. Perencana dapat menggunakan inventarisasi ini untuk menentukan kebutuhan jangka panjang untuk perekrutan, penyeleksian dan pengembangan sumber daya manusia. Juga informasi tersebut dapat menjadi dasar untuk menentukan kemampuan tambahan yang diperlukan tenaga kerja masa mendatang yang mungkin belum diperlukan pada saat ini

Komponen Inventarisasi Kemampuan Organisasi sering kali terdiri dari:
a. Demografi tenaga kerja secara individu ( umur, masa kerja di organisasi, masa kerja pada jenis tugas yang sekarang).
Kemajuan karier secara individu penanggung tugas, waktu yang diperlukan untuk setiap jenis tugas, promosi atau perbahan ke tugas lain, tingkat upah).
Data kinerja secara individu ( penyerlesaian pekerjaan, perkembangan pada keahliannya)
Ketiga informasi diatas dapat diperluas meliputi:
Pendidikan dan pelatihan
Mobilitas dan letak geografis yang diinginkan
Bakat, kemampuan dan keinginan yang spesifik
Bidang yang diminati dan tingkat promosi didalam perusahaan
Tingkat kemampuan untuk promosi
Pensiun yang diharapkan

Informasi yang telah diperoleh dari hasil Audit SDM dan inventarisasi kemampuan organisasi SDM diatas lalu dikonversikan ke dalam:
• Sistem Informasi SDM (SISDM)
SISDM adalah sistem integrasi yang dirancang untuk menyediakan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan SDM.
1. Tujuan SISDM
Meningkatkan efisiensi data tenaga kerja dimana SDM dikumpulkan
Lebih Strategis dan berhubungan dengan perencanaan SDM.
2. Kegunaan SISDM
SISDM mempunyai banyak kegunaan dalam suatu organisasi. Yang paling dasar adalah otomatisasi dari pembayaran upah dan kegaiatan benefit. Dengan SISDM , pencatatan waktu tenaga kerja dimasukan kedalam system, dan dimodifikasi disesuaikan pada setiap individual. Kegunaan umum yang lain dari SISDM adalah kesetaraan kesempatan bekerja.

Untuk merancang SISDM yang efektif, para ahli menyarankan untuk menilainya dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai data yang akan diperlukan seperti:
1. Informasi apa yang tersedia, dan informasi apa yang dibutuhkan tentang orang-orang dalam organisasi?
2. Untuk tujuan apa informasi tersebut akan diberikan?
3. Pada format yang bagaimana seharusnya output untuk penyesuaian dengan data perusahaan lain?
4. Siapa yang membutuhkan informasi
5. Kapan dan seberapa seringnya informasi dibutuhkan?
• Succesion Planning
Merupakan proses HR planner dan operating managers gunakan untuk mengkonversi informasi mengenai karyawan-karyawan yang ada sekarang kedalam keputusan-keputusan menyangkut “internal job placements” dimasa yang akan datang.

2. ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL
Analisis lingkungan merupakan proses penelitian terhadap lingkungan organisasi untuk menentukan kesempatan atau ancaman. Hasil analisis akan mempengaruhi rencana SDM karena setiap organisasi akan masuk pada pasar tenaga kerja yang sama yang memasok, juga perusahaan lain.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pasokan tenaga kerja antara lain:
Pengaruh pemerintah
Kondisi perekonomian
Masalah kependudukan dan persaingan
komposisi tenaga kerja dan pola kerja

D. SEBAB-SEBAB PERMINTAAN SDM
1. Faktor internal sebagai sebab permintaan SDM
Faktor internal adalah kondisi persiapan dan kesiapan SDM sebuah organisasi/perusahaan dalam melakukan operasional bisnis pada masa sekarang dan untuk mengantisipasi perkembangannya dimasa depan. Dengan kata lain faktor internal adalah alasan permintaan SDM, yang bersumber dari kekurangan SDM didalam organisasi/perusahaan yang melaksanakan bisnisnya, yang menyebabkan diperlukan penambahan jumlah SDM. Alasan ini terdiri dari:
Faktor Rencana Strategik dan rencana operasional
Faktor prediksi produk dan penjualan
Faktor pembiayaan (cost) SDM
Faktor pembukaan bisnis baru (pengembangan bisnis)
Faktor desain Organisasi dan Desain Pekerjaan
Faktor keterbukaan dan keikutsertaan manajer
2. Faktor eksternal sebagai sebab permintaan SDM
Faktor eksternal adalah kondisi lingkungan bisnis yang berada diluar kendali perusahaan yang berpengaruh pada rencana strategic dan rencana operasional, sehingga langsung atau tidak langsung berpengaruh pada perencanaan SDM. Faktor eksternal tersebut pada dasarnya dapat dikategorikan sebagai sebab atau alasan permintaan SDM dilingkungan sebuah organisasi/perusahaan. Sebab atau alasan terdiri dari:
Faktor Ekonomi Nasional dan Internasional (Global)
Faktor Sosial, Politik dan Hukum
Faktor Teknologi
Faktor Pasar Tenaga Kerja dan Pesaing
3. Faktor Ketenagakerjaan
Faktor ini adalah kondisi tenaga kerja (SDM) yang dimiliki perusahaan sekarang dan prediksinya dimasa depan yang berpengaruh pada permintaan tenaga kerja baru. Kondisi tersebut dapat diketahui dari hasil audit SDM dan Sistem Informasi SDM (SISDM) sebagai bagian dari Sistem Informasi manajemen (SIM) sebuah organisasi/perusahaan. Beberapa dari faktor ini adalah:
a. Jumlah, waktu dan kualifikasi SDM yang pensiun, yang harus dimasukan dalam prediksi kebutuhan SDM sebagai pekerjaan/jabatan kosong yang harus dicari penggantinya.
Prediksi jumlah dan kualifikasi SDM yang akan berhenti/keluar dan PHK sesuai dengan Kesepakatan Kerja Bersama(KKB) atau kontrak kerja, yang harud diprediksi calon penggantinya untuk mengisi kekosongan pada waktu yang tepat, baik yang bersumber internal maupun eksternal.
Prediksi yang meninggal dunia

Pada akhirnya dari seluruh penjelasan diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa PSDM sangat penting untuk dilakukan karena memungkinkan HRD menempatkan Staf yang tepat pada saat yang tepat.

Instrumentasi BK

Instrumentasi BK

Pengantar

Puji Syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah mencurahkan dan melimpahkan kekuatan lahir dan bathin kapada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan kecil ini. Sholawat serta salam tercurah semoga Allah SWT limpahkan kepada junjungan nabi besar kita Muhammad SAW, yang senantiasa kita jadikan contoh dan suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam penelitian sering sekali peneliti berhubungan dengan data, baik itu penelitian yang berhubungan dengan lapangan ataupun penelitian lainnya. Berikut adalah beberapa teknik dalam pengumpulan data untuk penelitian kelebihan dan kekurangan dalam pemakaiannya juga.
Dalam makalah ini penulis akan memaparkan tentang teknik pengumpulan data yang sangat di butuhkan dalam suatu penelitian.
1. Teknik Wawancara
2. Teknik Observasi (Observation)
3. Teknik Daftar Pertanyaan (Questioner)
Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam metoda ilmiah, karena pada umumnya data yang dikumpulkn digunakan, kecuali untuk peneliatian eksploratif.
Perlu di tekankan bahwa cara pengumpulan data dapat dikerjakan berdasarkan pengalaman. Memang dapat dipelajari metode-metode
Pengumpulan data yang lumrah digunakan, tetapi bagaimana cara mengumpulkan data di lapangan, dan bagaimana menggunakan tekhnik tersebut di lapangan atau di labolatorium, berkehendak akan pengalaman yang banyak.



Penulis

Bandar lampung 29 september 2009



Observasi
Observasi merupakan teknik paling mendasar dalam teknik penilaian non testing. Observasi akan menghasilkan data yang merangsang dilakukanya hipotesis tentative tentang individual dan meyakinkan hipotesis yang lain.
Observasi yang efektif melalui pengamatan secara jelas, sadar dan selengkap mungkin tentang perilaku individu sebenarnya dlam keadaan tertentu.
Pentingnya Observasi adalah kemampuan dalam menentukan factor-faktor awal mula perilaku dan kemampuan untuk melukiskan secara akurat reaksi individu yang diamati dalam kondisi tertentu. Observasi mungkin perlu dilakukan dalam jangka waktu tertentu untuk menentukan sejauh mana beberapa factor yang kecil sesuai dengan desain yang lebih besar.
Pengumpulan data melalui observasi langsungatau dengan pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut.
Pemngamatan baru tergolong sebagai teknik mengumpulkan data, jika pengamatan tersebut memiliki criteria sebagai berikut:
a. Pengamatan di gunakan untuk penelitian dan telah direncanakan secara sistematik;
b. Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah direncanakan;
c. Pengamatan tersebut dicatat secara sistematis dan dihubungkan secara proporsiumum dan bukan dipaparkan sebagai suatu set yang menarik perhatian saja;
d. Pengamatan dapat dicek dan di kontrol atas validitas dan reabilitasnya;
KESUKARAN-KESUKARAN DALAM OBSERVASI
Observasi yang akurat memerlukan kemampuan untuk mengevaluasi secara obyektif apa yang dianggap focus dalam memerlukan kesadaran tentang perasaan dan kepercayan seseorang. Jika pengamat kurang memilikiobyektivitas dalam melakukan perilaku seperti apa adanya, maka observasi yang dilakukan akan sia-sia.
Untuk memastikan bahwa perilaku yang teramati adalah perwakilan sari individu tersebut, maka perlu dilakukan sejumlah observasi dalam berbagai situasi dan waktu yang berbeda. Observasi tidak hanya mengumpulkan lebih banyak data tetapi juga menguraikan keadaan siswa dengan lebih akurat representatifdan bermakna.
Salah penafsiran obyek yang diobservasi dan ketidak akuratan dalam pelaporan merupakan masalah lain yang dapat meusak observasi. Serangkaian factor mental, minat atau harapan sering mengganggu persepsi terhadap perilaku atau situai tertentu, karena setiap orang cenderungmenilai lingkungan luarnya seperti yang pernah dialami sendiri. Factor pengalaman dalam observasi bisa mengakibatkan pengamat berlaku kurang obyektif, kecuali bila penekanan mentalnya sangat besar.
KEUNTUNGAN-KEUNTUNGAN DALAM OBSERVASI
Dengan cara pengamatan langsung, terdapat kemungkinan untuk mencatat hal-hal, perilaku, pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut berlaku atau sewaktu perilaku tersebut terjadi, selai itu juga dapat memperoleh data dari subyek baik yang tidak dapat berkomunikassi secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal.
MENINGKATKAN MUTU OBSERVASI
Yang dapat membantu mengontrol teknik-teknik pengamat adalah sebagai berikut:
1. Sebelum dilakukan observasi, tentukan aapa yang harus di observasi. Tujuan observasi harus di ketahui terlebih dahulu
2. Amatilah hanya satu orang. Para pengamat yang terampil dapat mengamati dengan tingkat keakuratan dua individu atau lebihpada saat yang sama.
3. Amatilah perilaku yang signifikan,
4. lakukan observasi secara merata
5. Belajarlah mengobservasi tanpa melakukan pencatatan selama masa observasi.
6. Jika mungkin catat dan rangkumlah hasil observasi setelah begitu selesai.




Wawancara
Wawancara adalah Proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil menatap muka antara sipenanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan Iterwiew guide (panduan wawancara)
WAWANCARA SEBAGAI PROSES INTERAKSI
Interwiew merupakan proses interaksi antara pewawancara dan responden. Walaupun bagi pewawancara, proses tersebut adalahsatu bagian dari langkah-langkah dalam penelitian , tetapi belum tentu bagi responden, wawancara adalah bagian dari penelitian. Suatu elemen yang paling penting dari proses interaksi yang terjadi adalah wawasan dan pengertian (insight).
Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi dalam wawancara





-




SASARAN ISI WAWANCARA
Sasaran dari isi pertanyaan atau keterangan yang ingin diperoleh berjenis-jenis banyak dan sifatnya, dan sukar dikelompokkan dalam jenis-jenis umum. Tetapi Selltiz (1964) mencoba mengelompokkan isi dari keterangan yang ingin diperoleh dengan cara wawancara sebagai berikut:
1. sasaran isi untuk memastikan suatu fakta
2. isi yang mempunyai sasaran untuk memastikan perasaan
3. isi yang mempunyai sasaran untuk menemukan suatu standar kegiatan
4. isi yang mempunyai sasaran untuk mengetahui perilaku sekarang atau perilaku terdahulu
5. isi yang mempunyai sasaran untuk memastikan kepercayaan tentang keadaan fakta
6. isi yang mempunyai sasaran mengetahui alasan-alasan

Angket

Alat lain untuk mengumpulkan data adalah daftar pertanyaan, yang sering disebutkan secara umum dengan nama kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner, atau daftar pertanyaan tersebut cukup terperinci dan lengkap. Ini membedakan daftar pertanyaan dengan interwiew guide. Sehubung dengan ini sering dibedakan antara kuesioner dan schedule. Jika yang menuliskan isian kedalam kuesioner, adalah responden, maka daftar pertanyaan tersebut dinamakan kuesioner, sedangkan jika yang menulis isinya adalah pencatat yang membawakan daftar isian dalam suatu tatap muka, maka daftar pertanyaan dinamakan sebagai schedule. Pencatat yang mengadakan wawancara sesuai dengan pertanyaan dinamakan enumerator.

Angket juga dapat digunakan sebagai alat Bantu dalam rangka penilaian hasil belajar. Berbeda dengan wawancara dimana penilai (evaluator) berhadapan secara langsung (face to face) dengan peserta didik atau pihak lainnya, maka dengan menggunakan angket, pengumpulan data sebagai bahan penilaian hasil belajar jauh lebih prakti, menghemat waktu dan tenaga.



ISI DARI KUESIONER/SCHEDULE
kuesioner atau schedule harus mempunyai center perhatian, yaitu masalah yang ingin dipecahkan. Tiap pertanyaan harus merupakan bagian dari hipotesis yang ingin diuji. Dalam memperoleh keterangan yang berkisar pada masalah yang ingin dipecahkan itu, maka secara umum isi dari kuesioner atau schedule dapat berupa:
1. Pertanyaan tentang fakta;
2. Pertanyaan tentang pendapan (opinion)
3. Pertanyaan tentang persepsi diri

KESIMPULAN


Pengumpulan tidak lain dari suatu proses pengadaan data primer untuk keperluan penelitian. Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam metoda ilmiah, karena pada umumnya data yang dikumpulkan digunakan, kecuali untuk penelitian eksploratif, untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.

Data yang dikumpulkan harus cukup valid untuk digunakan. Validitasi dat dapat ditigkatkan jika alat pengukur sertakualitas dari pengambil datanya sendiri cukup valid. Alam penelitian bidang tertentu, seperti pada penelitian beberapa masalah psikologis, si pengambil data peneliti itu sendiri yang harus cukup terampil.

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode mengumpulkan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Banyak masalah yang dirumuskan tidak akan bisa terpecahkan karena metode untuk memperoleh data yang digunakan tidak memungkinkan, ataupun metode yang tidak menghasilkan data seperti yang diinginkan. Jika hal demikian terjadi, maka tidak ada lain jalan bagi sipeneliti kecuali menukar masalah yang ingin dipecahkan.
















Daftar Pustaka
Sherter Bruce dan C.Stone Shelly. 1981. Fundamentals of Guidance.

Sudjiono Anas. 1995. Pengantar Evaluasi Belajar. Yogyakarta: Rajawali Pres

Nazir. Moh. 1983. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia









KESIMPULAN


Pengumpulan tidak lain dari suatu proses pengadaan data primer untuk keperluan penelitian. Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam metoda ilmiah, karena pada umumnya data yang dikumpulkan digunakan, kecuali untuk penelitian eksploratif, untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.

Data yang dikumpulkan harus cukup valid untuk digunakan. Validitasi dat dapat ditigkatkan jika alat pengukur sertakualitas dari pengambil datanya sendiri cukup valid. Alam penelitian bidang tertentu, seperti pada penelitian beberapa masalah psikologis, si pengambil data peneliti itu sendiri yang harus cukup terampil.

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode mengumpulkan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Banyak masalah yang dirumuskan tidak akan bisa terpecahkan karena metode untuk memperoleh data yang digunakan tidak memungkinkan, ataupun metode yang tidak menghasilkan data seperti yang diinginkan. Jika hal demikian terjadi, maka tidak ada lain jalan bagi sipeneliti kecuali menukar masalah yang ingin dipecahkan.
















Daftar Pustaka
Sherter Bruce dan C.Stone Shelly. 1981. Fundamentals of Guidance.

Sudjiono Anas. 1995. Pengantar Evaluasi Belajar. Yogyakarta: Rajawali Pres

Nazir. Moh. 1983. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Gangguan Emosi

Gangguan Emosi

5. GANGGUAN KECEMASAN
Kecemasan merupakan hal yang normal terjadi pada setiap individu, reaksi umum terhadap stress kadang dengan disertai kemunculan kecemasan. Namun kecemasan itu dikatakan menyimpang bila individu tidak dapat meredam (merepresikan) rasa cemas tersebut dalam situasi dimana kebanyakan orang mampu menanganinya tanpa adanya kesulitan yang berarti.

Kecemasan dapat muncul pada situasi tertentu seperti berbicara didepan umum, tekanan pekerjaan yang tinggi, menghadapi ujian. Situasi-situasi tersebut dapat memicu munculnya kecemasan bahkan rasa takut. Namun, gangguan kecemasan muncul bila rasa cemas tersebut terus berlangsung lama, terjadi perubahan perilaku, atau terjadinya perubahan metabolisme tubuh.

Gangguan kecemasan diperkirakan mengidap 1 dari 10 orang. Menurut data National Institute of Mental Health (2005) di Amerika Serikat terdapat 40 juta orang mengalami Gangguan kecemasan pada usia 18 tahun sampai pada usia lanjut.
Ahli psikoanalisa beranggapan bahwa penyebab kecemasan neurotik dengan memasukan persepsi diri sendiri, dimana individu beranggapan bahwa dirinya dalam ketidakberdayaan, tidak mampu mengatasi masalah, rasa takut akan perpisahan, terabaikan dan sebagai bentuk penolakan dari orang yang dicintainya. Perasaan-perasaam tersebut terletak dalam pikiran bawah sadar yang tidak disadari oleh individu.

Berbeda dengan pendapat psikoanalisa, ahli psikologi teori belajar beranggapan bahwa kecemasan lebih disebabkan peristiwa eksternal dibandingkan konflik internal dalam pribadi individu. Adanya pengkondisian yang siap (prepared conditioning) pada individu membuat individu semakin siap dalam menghadapi pelbagai situasi stressor dikemudian hari.
http://eldido.blog.friendster.com

Gejala Umum Kecemasan
Setiap orang mempunyai reaksi yang berbeda terhadap stres tergantung pada kondisi masing-masing individu, beberapa simtom yang muncul tidaklah sama. Kadang beberapa diantara simtom tersebut tidak berpengaruh berat pada beberapa individu, lainnya sangat mengganggu.

1) Berdebar diiringi dengan detak jantung yang cepat
Kecemasan memicu otak untuk memproduksi adrenalin secara berlebihan pada pembuluh darah yang menyebabkan detak jantung semakin cepat dan memunculkan rasa berdebar. Namun dalam beberapa kasus yang ditemukan individu yang mengalami gangguan kecemasan kontinum detak jantung semakin lambat dibandingkan pada orang normal.
2) Rasa sakit atau nyeri pada dada
Kecemasan meningkatkan tekanan otot pada rongga dada. Beberapa individu dapat merasakan rasa sakit atau nyeri pada dada, kondisi ini sering diartikan sebagai tanda serangan jantung yang sebenarnya adalah bukan. Hal ini kadang menimbulkan rasa panik yang justru memperburuk kondisi sebelumnya.
3) Rasa sesak napas
Ketika rasa cemas muncul, syaraf-syaraf impuls bereaksi berlebihan yang menimbulkan sensasi dan sesak pernafasan, tarikan nafas menjadi pendek seperti kesulitan bernafas karena kehilangan udara.
4) Berkeringat secara berlebihan
Selama kecemasan muncul terjadi kenaikan suhu tubuh yang tinggi. Keringat yang muncul disebabkan otak mempersiapkan perencanaan fight or flight terhadap stressor
5) Kehilangan gairah seksual atau penurunan minat terhadap aktivitas seksual
6) Gangguan tidur
7) Tubuh gemetar
Gemetar adalah hal yang dapat dialami oleh orang-orang yang normal pada situasi yang menakutkan atau membuatnya gugup, akan tetapi pada individu yang mengalami gangguan kecemasan rasa takut dan gugup tersebut terekspresikan secara berlebihan, rasa gemetar pada kaki, atau lengan maupun pada bagian anggota tubuh yang lain.
8) Tangan atau anggota tubuh menjadi dingin dan bekeringat
9) Kecemasan depresi memunculkan ide dan keinginan untuk bunuh diri
10) Gangguan kesehatan seperti sering merasakan sakit kepala (migrain).


5.1 Macam-macam gangguan kecemaan
5.1.1 Gangguan Panik
Tanda-tanda: sekonyong-sekonyong\sesak nafas, detak jantung keras, sakit di dada, merasa tercekik, pusing, berpeluh, bergetar, ketakutan yang sangat akan teror, ketakutan akan ada hukuman.
Depersonalisasi dan derealisasi: perasaan ada di luar badan, merasa dunia tidak nyata, ketakutan kehilangan kontrol, ketakutan menjadi gila, takut akan mati.
Terjadinya: sering, sekali seminggu atau lebih sering. Beberapa menit. Dihubungkan dengan situasi khusus, misalnya mengendarai mobil.
Laki-laki 0,7 %, wanita 1%
4 kali serangan panik dalam 4 minggu,
Satu serangan diikuti ketakutan terjadinya serangan lagi paling sedikit 1 bulan.
Serangan panik dapat diikuti agorafobia,
80% penderita panik juga menderita gangguan kccemasan yang lain.
Sering juga ada depresi Terdapat dalam keluarga.Sering penyebabnya fisiologis, misalnya gangguan jantung.Penderita panik sering merasa bahwa penyakitnya parah → menyebabkan panik.

5.1.2. Fobia
Fobia adalah ketakutan yang berlebihan yang disebabkan oleh benda, binatang ataupun peristiwa tertentu. sifatnya biasanya tidak rasional, dan timbul akibat peristiwa traumatik yang pernah dialami individu. Fobia juga merupakan penolakan berdasar ketakutan terhadap benda atau situasi yang dihadapi, yang sebetulnya tidak berbahaya dan penderita mengakui bahwa ketakutan itu tidak ada dasarnya.
Fobia simpel: sumber binatang, ketinggian, tempat tertutup, darah. Yang menderita banyak wanita, dimulai semenjak kecil.
Agorafobia: kata yunani, agpra = tempat berkumpul, pasar. Sekelompok ketakutan yang berpusat pada tempat-tempat publik: takut berbelanja, takut kerumunan, takut bepergian.
Banyak yang minta pertolongan.
Banyak wanita yang menderita ini dimulai pada masa remaja dan permulaan dewasa.
Simtom: ketegangan, pusing, kompulsi, merenung, depresi, ketakutan menjadi gila.
90% dari suatu sampel: takut tempat tinggi, tempat tertutup, elevator.
Fobia dibedakan menjadi dua jenis,yaitu:
a. Fobia Spesifik
Ketakutan berlebih yang disebabkan oleh benda, atau peristiwa traumatik tertentu, misalnya: ketakutan terhadap kucing (ailurfobia), ketakutan terhadap ketinggian (acrofobia), ketakutan terhadap tempat tertutup (agorafobia), fobia terhadap kancing baju, dsb.
b.FobiaSosial
Ketakutan berlebih pada kerumunan atau tempat umum. ketakutan ini disebabkan akibat adanya pengalaman yang traumatik bagi individu pada saat ada dalam kerumunan atau tempat umum. misalnya dipermalukan didepan umum, ataupun suatu kejadian yang mengancam dirinya pada saat diluar rumah.
Penyebab:
Teori Psikoanalitik: pertahanan melawan kecemasan hasil dorongan id yang direpres. Kecemasan: pindahan impuls id yang ditakuti ke objek/situasi, yang mempunyai hubungan simbolik dengan hal tersebut, Menghindari konflik yang direpres. Cara ego untuk mcnghadapi masalah yang sesungguhnya konflik pada masa kaaak-kanak yang direpres. Teori Behavioral: hasil belajar kondisioning kfasik, kondisioning operan, modeling.
5.1.3 GAD (Generalized Anxiety Desease: Gangguan Kecemasan Tergeneralisasikan)
Tanda-tanda; kecemasan kronis terus menerus rnencakup situasi hidup (cemas akan terjadi kecelakaan, kesulitan finansial). Ada keluhan somatik: berpeluh, merasa panas, jantung berdetak keras, perut tidak enak, diare, sering buang air kecil, dingin, tangan basah, mulut kering, tenggorokan terasa tersumbat, sesak nafas, hiperaktivitas sistem saraf otonomik. Merasa ada gangguan otot: ketegangan atau rasa sakit pada otot terutama pada leher dan bahu, pelupuk mata berkedip terus, bcrgetar, mudah lelah, tidak mampu untuk santai, mudah terkejut, gelisah, sering berkeluh. Cemas akan terjadinya bahaya, cemas kehilangan kontrol, cemas akan mendapatkan.serangan jantung, cemas akan mati. Sering penderita tidak sabar, mudah marah, tidak dapat tidur, tidak dapat konsentrasi.
Penyebab:
Psikoanalitik: konflik antara impuls id dan ego yang tidak disadari. Impuls itu seksual atau agresif → ingin keluar, dihalangi → tidak disadari → cemas.
Teori belajar: kondisioning klasik dari rangsang luar.
Kognitif behavioral: memfokus kontrol dan ketidakberdayaan.
Terapi: psikomatis sama dengan fobia.
5.2 Treatment keperilakuan untuk gangguan kecemasan
2)Psikoterapi
Dalam psikoterapi, psikolog, konselor dan ahli terapis berusaha menyusun terapi psikologis yang beragam untuk pengobatan yang disesuaikan dengan kepribadian klien. Penerapan metode dapat secara personal maupun group (perkelompok). Psikiater berusaha mengkombinasi pengobatan medis dan psikoterapi secara bersamaan. Perlu untuk diketahui bahwa tidak ada pengobatan jenis gangguan kecemasan ini hanya menggunakan satu cara saja, dibutuhkan lebih kombinasi untuk menyembuhkan gangguan kompleks ini.

Terapi yang paling sering digunakan dalam perawatan kecemasan adalah cognitive-behavioural therapy (CBT). Pada CBT diberikan teknik pelatihan pernafasan atau meditasi ketika kecemasan muncul, teknik ini diberikan untuk penderita kecemasan yang disertai dengan serangan panik..

Support group juga diberikan dalam CBT, individu ditempatkan dalam group support yang mendukung proses treatment. Group support dapat berupa sekelompok orang yang memang telah dipersiapkan oleh konselor/terapis untuk mendukung proses terapi atau keluarga juga dapat diambil sebagai group support ini.

5.3 Tritment kognitif – keperilakuan untuk gangguan kecemasan
Terapi Kognitif Behavioral (CBT)
Terapi ini memadukan tehnik-tehnik behavioral seperti pemaparan dan tehnik-tehnik kognitif seperti restrukturisasi kognitif. Beberapa gangguan kecemasan yang mungkin dapat dikaji dengan penggunaan CBT antara lain : fobia sosial, gangguan stres pasca trauma, gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif dan gangguan panik.
Pada fobia sosial, terapis membantu membimbing mereka selama percobaan pada pemaparan dan secara bertahap menarik dukungan langsung sehingga klien mampu menghadapi sendiri situasi tersebut
5.4 Gangguan stress paska trauma (PTSD)
Post Traumatik-Stress Disorder (PTSD/ Gangguan Stress Pasca Trauma)
PTSD merupakan kecemasan akibat peristiwa traumatik yang biasanya dialami oleh veteran perang atau orang-orang yang mengalami bencana alam . PTSD biasnya muncul beberapa tahun setelah kejadian dan biasanya diawali dengan ASD, jika lebih dari 6 bulan maka orang tersebut dapat mengembangkan PTSD. Simtom dan diagnosis:
Akibat kejadian traumatik atau bencana yang tingkatnya sangat buruk: perkosaan, peperangan, bencana alam, ancaman yang serius terhadap orang yang sangat dicintai, melihat orang lain disakiti atau dibunuh. Akan berakibat tidak dapat konsentrasi, mengingat, tidak dapat santai, impulsif, mudah terkejut, gangguan tidur, cemas, depresi, mati rasa; hal-hal yang menyenangkan tidak menarik lagi, ada perasaan asing terhadap orang-lain dan yang lampau. Kalau trauma dialami bersama orang lain, dan yang lain mati: ada rasa bersalah, sering terjadi mimpi buruk atau gangguan tidur.
Gangguan pasca trauma dapat akut, kronis atau lambat, trauma akibat orang, perang, serangan fisik atau penganiayaan berlangsung lebih lama daripada trauma setelah bencana alam. Simtom memburuk jika dihadapkan kepada situasi yang mirip. Dapat terjadi pada anak dan orang dewasa. Simtom pada anak: mimpi tentang monster atau perubahan tingkah laku: ramai → pendiam .http://www.pikirdong.org/psikologi/psi18axdi.php
Gangguan Stres Pasca Trauma merupakan gangguan mental pada seseorang yang
muncul setelah mengalami suatu pengalaman traumatik dalam kehidupan atau
suatu peristiwa yang mengancam keselamatan jiwanya. Sebagai contoh peristiwa
perang, perkosaan atau penyerangan secara seksual, serangan yang melukai
tubuh, penyiksaan, penganiayaan anak, peristiwa bencana alam seperti : gempa
bumi, tanah longsor, banjir bandang, kecelakaan lalu lintas atau musibah
pesawat jatuh. Orang yang mengalami sebagai saksi hidup kemungkinan akan
mengalami gangguan stres. (Bufka & Barlow, 2006:1)
http://www.mail-archive.com/indofirstaid@yahoogroups.com/msg02018.html
Untuk sebagian besar kita, hidup di Indonesia ternyata sama sekali tidak mudah. Peristiwa tidak mengenakkan bertubi-tubi datang, silih berganti mengenai kelompok berbeda-beda: dari peristiwa Mei 1998, pencidukan dan penculikan, penghilangan dan pembunuhan, teror bom di sana-sini sejak beberapa tahun belakangan, konflik berkekerasan di banyak daerah, perampokan di taksi, meledaknya bom Bali, terbakar habisnya pasar Tanah Abang sampai perang di Aceh. Kejadian mengerikan terakhir ini adalah peristiwa bom JW Marriott dan terbakarnya daerah pemukiman Karet Tengsin. Kita belum menyebut peristiwa sehari-hari seperti kecelakaan, tawuran, pertikaian berbuntut pembunuhan, juga perkosaan dan kekerasan dalam rumah.

Bagaimana manusia berespon terhadap peristiwa-peristiwa sulit? Cukup sering kita mendengar orang mengatakan "dia stres", sambil meletakkan jari miring di dahi. Artinya: "orang itu sudah tidak beres, miring". Maksudnya mungkin, "tidak waras". Sering pula kita mendengar orang mengatakan bahwa ia mengalami trauma. Apa sebenarnya makna dari istilah-istilah itu? Apa bedanya stres dan trauma? Apakah manusia dapat bangkit bila dan pulih kembali setelah mengalami peristiwa sangat mengagetkan di luar batas kewajaran?
http://www.pulih.or.id








BAGAN STRES DAN STRES PASCA TRAUMA

http://www.pulih.or.id/

5.5 Gangguan obseif –kompulsif (OC)
Seperti contoh Kasus dibawah ini:
X adalah seorang remaja madya yang saat ini sedang kuliah disuatu universitas. sudah beberapa hari ini ia mempunyai kebiasaan aneh yang tidak bisa ia hentikan. kebiasannya adalah mencuci tangannya lebih dari 10x dalam satu hari. teman-temannya juga heran mengapa ia berperilaku seperti itu. ketika ia berkonsultasi kepada psikolog sekolahnya ia baru tahu apa yang terjadi padanya. psikolog menanyainya apa yang menyebabkannya seperti itu, lalu X mulai menceritakan kejadian apa yang sebenarnya ia lakukan.X adalah kakak dari A. saat kecil keduanya pernah bertengkar, X tanpa sengaja mengambil gunting dan menorehkannya ke lengan adiknya,A. akibatnya lengan A terluka dan menyebabkannya cacat. peristiwa ini membuatnya bersalah dan ia terus menerus memikirkan kesalahannya ini (obsesif), dan tiap kali ia mengingatnya ia akan mencuci tangannya berulang-ulang. (kompulsif).
Berdasarkan cerita diatas, kita bisa melihat bahwa obsesif adalah pemikiran yang berulang dan terus-menerus. Sedangkan kompulsif adalah pelaksanaan dari pemikirannya tersebut. Perilaku ini merupakan ritual pembebasan dari dosa pada orang tersebut. dengan mencuci tangan ia berharap bisa membersihkan dari dosa yang telah ia perbuat. obsesif kompulsif ini biasanya cenderung pada perilaku bersih-bersih. Perilaku seperti ini sebenarnya banyak terjadi pada lingkungan kita tetapi, kita kadang malah menganggap perilaku ini wajar.
1-3% dari populasi.
Dewasa muda, mengikuti kejadian yang penuh stres: kehamilan, kelahiran, konflik keluarga, kesulitan dalam pekerjaan, keadaan depresi. Penderita obsesif-kompulsif sering menderita depresi..
Obsesi: pikiran yang berkali-kali datang yang mengganggu - tampak tidak rasional - tidak dapat dikontrol → mengganggu hidup.
dapat berbentuk keragu-raguan yang ekstrim, penangguhan tidak dapat membuat keputusan.
pasien tidak dapat mengambil kesimpulan.
Kompulsi: impuls yang tidak dapat ditolak mengulangi tingkah laku ritualistik berkali-kali. Kompulsi sering berhubungan dengan kebersihan dan keteraturan. Penderita merasa apa yang dilakukannya asing.
Ada 5 bentuk obsesi:
1.Kebimbangan yang obsesif: pikiran bahwa suatu tugas yang telah selesai tidak secara baik (75% dari pasien).
2.Pikiran yang obsesif: pikiran berantai yang tidak ada akhirnya. Biasanya fokus pada kejadian yang akan datang (34% dari pasien).
3.Impuls yang obsesif; dorongan untuk melakukan suatu perbuatan (17%).
4.Ketakutan yang obsesi kecemasan untuk kehilangan kontrol dan melakukan sesuatu yang memalukan (26%)
5.Bayangan obsesif: bayangan terus menerus mengenai sesuatu yang dilihat (7%).
Kompulsi (2 macam).
1.Dorongan kompulsif yang memaksa suatu perbuatan: melihat pintu berkali-kali (61%).
2.Kompulsi mengontrol: mengontrol dorongan kompulsi (tidak menuruti dorongan tersebut): mengontrol dorongan inses dengan berkali-kali menghitung sampai 10.
Rochman dan Hodgson; dua macam kompulsi: membersihkan dan mengecek.
Penyebab:
Psikoanalitik: fiksasi masa anal.
Adler: anak terhalang mengembangkan kompetensinya → rendah diri → secara tidak sadar mengembangkan ritual yang kompulsif untuk membuat daerah yang dapat dikontrol dan merasa mampu → membuat orang tersebut merasa menguasai cara menguasai sesuatu.
Teori Belajar:
Kondisioning operan. Tingkah laku yang dipelajari yang dikuatkan akibat-akibatnya. Terapi sama dengan fobia dan GAD.
http://eldido.blog.friendster.com/2008/11/170/

5.6 Tritmen PTSD dan OC
1) Terapi obat-obatan
Neurotransmiter utama terhadap gangguan kecemasan dengan melihat hasil laboratorium dengan mencheck peningkatan norepinefrin, serotonin dan gamma aminobutryc acid (GABA). Dengan positron emission tomography (PET) juga ditemukan kelainan (disregulasi) pembuluh darah serebral.

Biasanya untuk kecemasan dokter menganjurkan penggunaan obat psikoleptik, yaitu benzodiazepines dalam dosis rendah. Jenis obat-obat ini adalah Diazepam, Klordiazepoksid, Lorazepam, Klobazam, Bromazepam, Oksazolam, Klorazepat, Alprazolam atau Prazepam.

Penggunaan obat anti kecemasan haruslah melalui kontrol dari dokter secara ketat, penggunaan obat-obat antiansietas dapat mengakibatkan beberapa efek samping. Pasien dengan riwayat penyakit hati kronik, ginjal dan paru haruslah diperhatikan pemakaian obat-obatan ini. Pada anak dan orangtua dapat juga memberikan reaksi seperti yang tidak diharapkan (paradoxes reaction) seperti meningkatkan kegelisahan, ketegangan otot, disinhibisi atau gangguan tidur.

Beberapa efek samping penggunaan obat antiansietas
- Sedative (rasa mengantuk, kewaspadaan menurun, kerja psikomotorik menurun, dan kemampuan kognitif melemah)
- Rasa lemas dan cepat lelah
- Adiktif walaupun sifatnya lebih ringan dari narkotika. Ketergantungan obat biasanya terjadi pada individu peminum alkohol, pengguna narkoba (maksimum pemberian obat selama 3 bulan)
- Penghentian obat secara mendadak memberikan gejala putus obat (rebound phenomenon) seperti kegelisahan, keringat dingin, bingung, tremor, palpitasi atau insomnia.

KESIMPULAN
Kecemasan merupakan suatu sensasi aphrehensif atau takut yang menyeluruh. Dan hal ini merupakan suatu kewajaran atau normal saja, akan tetapi bila hal ini terlalu berlebihan maka dapat menjadi suatu yang abnormal. Sedangkan gangguan kecemasan yang menyeluruh adalah suatu tipe gangguan kecemasan yang melibatkan kecemasan persisten yang sepertinya “mengapung bebas” (Free floating) atau tidak terikat pada suatu yang spesifik.
Ciri penderita gangguan kecemasan antara lain:
Ciri Fisik :
1. Gelisah
2. Berkeringat
3. Jantung berdegup kencang
4. Ada sensasi tali yang
mengikat erat pada kepala
5. Gemetar
6. Sering buang air kecil
Ciri Perilaku :
1. Perilaku menghindar
2. Perilaku dependen
Ciri Kognitif
1. Merasa tidak bisa
mengendalikan semua
2. Merasa ingin melarikan
diri dari tempat tersebut
3. Serasa ingin mati
Dalam perspektif psikodinamika, memandang kecemasan sebagai suatu usaha ego untuk mengendalikan munculnya impuls-impuls yang mengancam kesadaran. Dan perasaan-perasaan kecemasan adalah tanda-tanda peringatan bahwa impuls-impuls yang mengancam mendekat ke kesadaran. Ego menggerakkan mekanisme pertahanan diri untuk mengalihkan impuls-impuls tersebut yang kemudian mengarah menjadi gangguan-gangguan kecemasan lainnya. Namun para teoritikus belajar menjelaskan gangguan-ganguan kecemasan melalui pembelajaran observasional dan conditioning. Model dua faktor dari Mowrer memasukkan clasical dan operant conditioning dalam penjelasan tentang fobia. Meskipun demikian, fobia tampaknya dipengaruhi juga oleh faktor kognitif, seperti harapan-harapan self-efficacy. Prinsip-prinsip penguatan mungkin dapat membantu menjelasakan pola-pola tingkah laku obsesif-kompulsif. Kemungkinan ada predisposisi genetis untuk fobia tertentu yamng mempunyai nilai-nilai untuk kelangsungan hidup (survival) bagi nenek moyang kita terdahulu.
Ada beberapa faktor kognitif yang menyebabkan gangguan-gangguan kecemasan, seperti prediksi berlebih terhadap ketakutan, keyakinan yang self-defeating dan irasional, sensivitas berlebih mengenai sinyal-sinyal dan tanda-tanda ancaman, harapan-harapan self-efficacy yang terlalu rendah dan salah mengartikan sinyal-sinyal tubuh.
Untuk meminimalisir terjadinya kecemasan pada diri seseorang terdapat beberapa terapi. Psikoanalisis radisional membantu orang untuk mengatasi konflik-konflik tak sadar yang diyakini mendasari gangguan-gangguan kecemasan. Pendekatan-pendekatan psiko- dinamika yang modern lebih berfokus pada gangguan relasi yang ada dalam kehidupan klien saat ini dan mendorong klien untuk mengembangkan pola tingkah laku yang lebih adaptif. Terapi humanistik lebih berfokus pada membantu klien mengidentifikasi dan menerima dirinya yang sejati dan bukan bereaksi pada kecemasan setiap kali perasaan-perasaan dan kebutuhan-kebutuhannya yang sejati mulai muncul ke permukaan. Sedangkan untuk terapi obat, berfokus pada penggunaan obat benzodiazepin dan obat-obat antidepresen (yang mempunyai efek lebih daripada hanya sebagai antidepresan).
Pendekatan-pendekatan dengan dasar belajar dalam menangani kecemasan melibatkan berbagai macam teknik behavioral dan kognitif-behavioral, termasuk terapi pemaparan, restrukturisasi kognitif, pemaparan dan pencegahan respon, serta pelatihan keterampilan relaksasi. Pendekatan-pendekatan kognitif seperti terapi tingkah laku rasional-emotif dan terapi kognitif, membantu orang untuk mengidentifikasi dan membetulkan pola-pola pikir yang salah yang melandasi reaksi-reaksi kecemasan. Untuk terapi kognitif-behavioral, menangani gangguan panik, melibatkan self-monitoring, pemaparan, dan pengembangan respons-respons adaptif terhadap sinyal-sinyal pembangkit kecemasan..

Layanan Bimbingan Kelompok

Layanan Bimbingan Kelompok

Pelayanan konseling dan bimbingan kelompok sama-sama menggunakan format kelompok.
Bimbingan kelompok adalah salah satu kegiatan layanan yang paling banyak dipakai karena lebih efektif. Banyak orang yang mendapatkan layanan sekaligus dalam satu waktu. Layanan ini juga sesuai dengan teori belajar karena mengandung aspek social yaitu belajar bersama. Peserta layanan akan berbagi ide dan saling mempengaruhi untuk berkembang menjadi manusia seutuhnya.
150 orang menjadi 12 kelompok layanan yang hendaknya dilaksanakan oleh konselor sekolah.
Layanan Konseling kelompok ada 2 macam yaitu konseling dan bimingan kelompok. Yang sangat menentukan keefektifan layanan kelompok adalah suasana kelompok yang:
  1. Interaksi yang dinamis
  2. Keterikatan emosional
  3. Penerimaan
  4. Altruistik, mengutamakan kepedulian terhadap orang lain
  5. Intelektual (rasional, cerdas dan kreatif). Menambah ilmu dan wawasan individu serta dapat menumbuhkan ide-ide cemerlang.
  6. Katarsis (mengemukakan uneg-unegnya, idenya dan gagasannya). Menyatakan emosinya yang lebih mengarah pada pengungkapan pmasalah yang dipendam.
  7. Empati (suasana yang saling memahami tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan sehingga dapat menyesuaikan sikapnya dengan tepat).
Hal ini diciptakan melalui pentahapan dan kemampuan pemimpin kelompok.
Perbedaan antara Bimbingan dan Konseling Kelompok umumnya adalah ada pada masalah yang dibahas. Masalah Bimbingan kelompok biasanya membahas masalah-masalah umum bagi peserta layanan. Jika suasana kelompok belum tercipta maka sulit bagi peserta layanan untuk mengungkapkan masalah pribadinya sehingga konseling kelompok agak sulit pelaksanaannya dibanding Bimbingan kelompok. Dari itu, Bimbingan kelompok sangat menentukan pelaksanaan konseling kelompok.
Pelaksanaan layanan dapat dilaksanakan dimana saja asal tidak mengganggu proses layanan dimana dinamika kelompok berlagsung maksimal dalam mencapai tujuan
http://konselingindonesia.com

Kecerdasan Emosional

Kecerdasan Emosional

Pengertian Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa, untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin diri dan lingkungan sekitarnya. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada anak-anak. Orang-orang yang dikuasai dorongan hati yang kurang memiliki kendali diri, menderita kekurangmampuan pengendalian moral.

Goleman (1997), mengatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya. Lebih lanjut Goleman (1997) mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam meghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati.

Sementara Cooper dan Sawaf (1998) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya Howes dan Herald (1999) mengatakan pada intinya, kecerdasaan emosional merupakan komponen yang membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa emosi manusia berada diwilayah dari perasaan lubuk hati, naluri yang tersembunyi, dan sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati, kecerdasaan emosional menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain. Menurut Harmoko (2005) Kecerdasan emosi dapat diartikan kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan dengan tepat, termasuk untuk memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan dengan orang lain. Jelas bila seorang indiovidu mempunyai kecerdasan emosi tinggi, dapat hidup lebih bahagia dan sukses karena percaya diri serta mampu menguasai emosi atau mempunyai kesehatan mental yang baik.

Sedangkan menurut Dio (2003), dalam konteks pekerjaan, pengertian kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengetahui yang orang lain rasakan, termasuk cara tepat untuk menangani masalah. Orang lain yang dimaksudkan disini bisa meliputi atasan, rekan sejawat, bawahan atau juga pelanggan. Realitas menunjukkan seringkali individu tidak mampu menangani masalah–masalah emosional di tempat kerja secara memuaskan. Bukan saja tidak mampu memahami perasaan diri sendiri, melainkan juga perasaan orang lain yang berinteraksi dengan kita. Akibatnya sering terjadi kesalahpahaman dan konflik antar pribadi.

Berbeda dengan pemahaman negatif masyarakat tentang emosi yang lebih mengarah pada emosionalitas sebaiknya pengertian emosi dalam lingkup kecerdasan emosi lebih mengarah pada kemampuan yang bersifat positif. Didukung pendapat yang dikemukakan oleh Cooper (1999) bahwa kecerdasan emosi memungkinkan individu untuk dapat merasakan dan memahami dengan benar, selanjutnya mampu menggunakan daya dan kepekaan emosinya sebagai energi informasi dan pengaruh yang manusiawi. Sebaliknya bila individu tida memiliki kematangan emosi maka akan sulit mengelola emosinya secara baik dalam bekerja. Disamping itu individu akan menjadi pekerja yang tidak mampu beradaptasi terhadap perubahan, tidak mampu bersikap terbuka dalam menerima perbedaan pendapat , kurang gigih dan sulit berkembang.

Dari beberapa pendapat diatas dapatlah dikatakan bahwa kecerdasan emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. 3 (tiga) unsur penting kecerdasan emosional terdiri dari : kecakapan pribadi (mengelola diri sendiri); kecakapan sosial (menangani suatu hubungan) dan keterampilan sosial (kepandaian menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain).

rujukan buku :
Atkinson, R. L. dkk. 1987. Pengantar Psikologi I. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Cooper Cary & Makin Peter, 1995. Psikologi Untuk Manajer. Jakarta: Arcan.

Goleman, Daniel. 1997. Emotional Intelligence. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Harmoko, R., Agung, 2005. Kecerdasan Emosional. Binuscareer.com
http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/19/pengertian-kecerdasan-emosional/